Surat Perjanjian Pembangunan Renovasi Rumah

Surat Perjanjian Pembangunan Renovasi Rumah

Kota Yogyakarta

  • Yogya
  • Jogja

Ibu kota provinsi

Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacaraka ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ
 • Pegon ڠايوڮياكارتا

Dari atas searah jarum jam: Tugu Yogyakarta, Alun-alun Kidul Kraton Yogyakarta, Gedung Banking concern Indonesia, Pasar Beringharjo, Jalan Malioboro, Taman Sari Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Lambang resmi Kota Yogyakarta

Etimologi: Ayodhya + Karta
Julukan:

  • Kota Perjuangan
  • Kota Pelajar
  • Kota Gudeg
  • Kota Wisata
  • Kota Murah Meriah
  • Kota Berhati Nyaman
Motto:

ꦩꦁꦲꦪꦸ​ꦲꦪꦸꦤꦶꦁ​​ꦧꦮꦤ

Mangayu hayuning bawana
Memperindah keindahan dunia

Peta

Kota Yogyakarta di Jawa

Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta

Peta

Tampilkan peta Jawa

Kota Yogyakarta di Indonesia

Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta (Republic of indonesia)

Tampilkan peta Republic of indonesia

Koordinat:



7°48′v″Due south
110°21′52″Due east


 / 

7.80139°S 110.36444°Due east
 /
-7.80139; 110.36444


Negara

 Indonesia
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tanggal berdiri 7 Juni 1947
Dasar hukum UU No. 17 Tahun 1947
Hari jadi 7 Oktober 1756
(umur 266)
Jumlah satuan pemerintahan

Daftar

  • Kemantren: 14
  • Kelurahan: 45
Pemerintahan
 • Jenis Pemerintahan Kota (Wali Kota-DPRD)
 • Wali Kota Sumadi (Plt.)
 • Wakil Wali Kota lowong
 • Sekretaris Daerah Aman Yuriadijaya
 • Ketua DPRD Danang Rudyatmoko
Luas
 • Full 32,5 km2
(12,5 sq mi)
Populasi

(2021)[1]

 • Total 415.509
 • Kepadatan 12.784/km2
(33,110/sq mi)
Demografi
 • Agama Islam 83,40%
Kristen xvi,19%
— Katolik 9,89%
— Protestan 6,30%
Buddha 0,28%
Hindu 0,12%
Lainnya 0,01%[2]
 • Bahasa Bahasa Indonesia, Jawa
 • IPM Kenaikan
87,18 (2021)
Sangat Tinggi
[3]
Zona waktu UTC+07:00 (WIB)
Kode pos

55000

Kode BPS

34.71

Kode area telepon +62 274
Pelat kendaraan
  • AB
    xxxx
    A*/F*/H*/I*/S*
  • YB
    xxxx
    KT/KTB (khusus becak)[4]
  • YK
    xxxx
    KT/KTB (khusus andong[4])
Kode Kemendagri 34.71

Edit the value on Wikidata
Kode SNI 7657-2010 YYK
DAU Rp 691.457.574.000,00 (2019)[5]
Semboyan daerah “Berhati Nyaman”
(“Bersih, Sehat, Indah, dan Nyaman”)
Penjenamaan wilayah Jogja Keren –
The City Of Artistic
[half-dozen]
Flora resmi Kelapa gading[vii]
Animal resmi Tekukur biasa[7]
Situs web www.jogjakota.go.id

Yogyakarta
(bahasa Jawa:
ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ,

translit.



Ngayogyakarta

,
pengucapan bahasa Jawa:
[kuʈɔ ŋajogjɔˈkart̪ɔ]) atau dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama
Jogja
atau
Yogya
adalah ibu kota Provinsi DI Yogyakarta yang sekaligus pusat pemerintahan dan perekonomian dari Provinsi DI Yogyakarta, Indonesia. Kota ini adalah kota besar yang mempertahankan konsep tradisional dan budaya Jawa. Kota Yogyakarta menjadi kediaman bagi Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam.

Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara kurun tahun 1575–1640. Keraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan Puro Paku Alaman, yang merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram. Pada masa revolusi, Yogyakarta juga pernah menjadi ibu kota Republic of indonesia antara tahun 1946 hingga 1950.

Etimologi

[sunting
|
sunting sumber]

Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu
Ayogya
atau
Ayodhya
yang berarti “kedamaian” (atau tanpa perang,
a
“tidak”,
yogya
merujuk pada
yodya
atau
yudha, yang berarti “perang”), dan
Karta
yang berarti “baik”. Ayodhya merupakan kota yang bersejarah di India di mana wiracarita Ramayana terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) dan
leluri
(riwayat oral) telah berupa sebuah
dalem
yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana Two sebagai Dalem Ayogya.[eight]

Pusaka dan Identitas Daerah

[sunting
|
sunting sumber]

Pusaka Daerah

[sunting
|
sunting sumber]

Tombak Kyai Wijoyo Mukti

[sunting
|
sunting sumber]

Tombak Kyai Wijoyo Mukti merupakan pusaka pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono Ten. Tombak ini dibuat tahun 1921 semasa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono Viii. Senjata yang sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang three meter. Tombak dengan pamor
wos wutah wengkon
dengan
dhapur kudhuping gambir
ini, landeannya sepanjang two,5 meter terbuat dari kayu walikun, yakni jenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji kekerasan dan keliatannya.

Sebelumnya tombak ini disimpan di bangsal Pracimosono dan sebelum diserahkan terlebih dahulu dijamasi oleh KRT. Hastono Negoro, di dalem Yudonegaran. Pemberian nama Wijoyo Mukti baru dilakukan bebarapa hari menjelang upacara penyerahan ke Pemkot Yogyakarta, pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah Kota Yogyakarta tanggal seven Juni 2000. Upacara penyerahan dilakukan di halaman Balaikota dan pusaka ini dikawal khusus oleh prajurit Kraton ”Bregodo Prajurit Mantrijero”.

Tombak Kyai Wijoyo Mukti melambangkan kondisi Wijoyo Wijayanti. Artinya, kemenangan sejati pada masa depan, di mana seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan kesenangan lahir bathin karena tercapainya tingkat kesejahteraan yang benar-benar merata.

Identitas Daerah

[sunting
|
sunting sumber]

City branding
Kota Yogyakarta, diluncurkan pada tanggal 28 Oktober 2021. Huruf YK yang mengarah ke atas melambangkan dinamis, akseleratif, menghasilkan karya dan pelayanan yang baik, serta gotong royong. Warna merah diturunkan dari logo Jogja Istimewa melambangkan spirit berani dan menjunjung spirit Republic of indonesia Raya.[9]

Sesuai dengan Keputusan Wali Kotamadya Yogyakarta Nomor ii tahun 1998, pemerintah kota Yogyakarta menetapkan kelapa gading dan tekukur biasa sebagai flora dan creature resmi kota Yogyakarta. Penetapan tersebut dilakukan dalam rangka menumbuhkan kebanggaan dan maskot daerah.[10]

Kelapa Gading

[sunting
|
sunting sumber]

Keberadaan pohon kelapa gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat kota Yogyakarta. Kelapa gading dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional/religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional.[10]

Tekukur

[sunting
|
sunting sumber]

Burung tekukur (Streptopelia chinensis) adalah jenis burung merpati kecil yang mempunyai paruh, berekor agak panjang, berdarah panas, dan bereproduksi dengan cara bertelur. Burung ini termasuk ke dalam genus
streptopelia
dari famili Columbidae.

Tekukur yang memiliki suara merdu dan tubuh yang indah diyakini mampu memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar. Tekukur juga menjadi kesayangan para pangeran di lingkungan keraton.[x]

Sejarah

[sunting
|
sunting sumber]

Masa awal

[sunting
|
sunting sumber]

Berdirinya kota Yogyakarta tidak lepas dari Perjanjian Giyanti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Perjanjian tersebut berisi tentang pembagian wilayah Kesultanan Mataram, yang dimana setengah dari wilayah Mataram masih menjadi milik Kerajaan Surakarta yang kala itu dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana Three, dan setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi pun diakui menjadi Raja pada wilayah tersebut dengan Gelar
Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta), sebulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti.[11]

Pangeran Mangkubumi memilih wilayah Hutan Beringin, dimana di wilayah tersebut terdapat sebuah desa bernama
Pachetokan
dan Pesanggrahan Gerjiwati (Garjitawati) yang dibuat oleh Susuhunan Pakubuwana Two. Pangeran Mangkubumi pun mengubah nama wilayah tersebut menjadi Ayodya. Setelah perubahan nama tersebut, Pangeran Mangkubumi segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton. Kraton tersebut didirikan di suatu kawasan di antara Kali Winongo dan Kali Lawmaking. Lokasi tersebut dinilai strategis dari sisi pertanahan dan keamanan. Sebelum pembangunan kraton tersebut selesai, pemerintahan sementara dipusatkan di daerah Gamping, tepatnya di Pesanggrahan Ambarketawang.[11]

Pada tanggal 7 Oktober 1756, bangunan kraton selesai dibangun, sekaligus menjadi tanggal pemindahan pusat pemerintahan dari Gamping ke kraton baru, yang kelak bernama Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Peristiwa pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta tersebut diperingati sebagai hari ulang tahun Kota Yogyakarta, sampai saat ini.[eleven]

Hari jadi tersebut diwujudkan pula dengan surya sengkala
Dwi Naga Rasa Tunggal, yang memiliki nilai tahun 1756 Masehi. bermakna tentang kesatuan kegotong-royongan, serta kewibawaan, kesaktian, dan kesucian seorang raja atau pemimpin, dan sebagai tolak bala serta keyakinan akan keselamatan, ketenteraman, dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan yang dibangun, Sengkalan tersebut juga ditandai dengan adanya
sengkalan memet
berbentuk relief dua ekor ular naga yang kini masih ada di Regol Gadhung Mlathi Keraton Yogyakarta.

Masa Hindia Belanda dan Inggris

[sunting
|
sunting sumber]

Suasana kota Yogyakarta pada tahun 1869.

Tahun 1811, Inggris menaklukkan Hindia Belanda. Pemerintahan dibawah Sir Thomas Stamford Raffles membentuk beberapa keresidenan, salah satunya Keresidenan Yogyakarta. Di zaman Inggris pula terjadi peristiwa
Geger Sepoy, dimana pasukan Inggris dibantu dengan beberapa pasukan dari Mangkunegaran menyerang Keraton. Hasilnya, Pada tahun 1813, wilayah Yogyakarta kembali terpecah. Kali ini, berdiri sebuah kadipaten bernama Kadipaten Pakualaman yang didirikan oleh Pangeran Notokusumo yang diangkat oleh Inggris. Notokusumo sendiri adalah adik dari Hamengkubuwono II, dan kemudian bergelar Adipati Paku Alam I[12]. Ia mendapatkan tanah dari Kesultanan meliputi sebuah kemantren di dalam kota Yogyakarta, berada di antara Kali Lawmaking dan Kali Manunggal. Di tanah tersebut kemudian didirikan istana Pura Pakualaman (sekarang menjadi wilayah kemantren Pakualaman). Inggris juga mengangkat Tan Jin Sing, kapitan Tionghoa yang berasal dari Kedu, sebagai
Bupati Nayaka
dalam Kabupaten Kota Yogyakarta dengan gelar KRT. Secodiningrat.[13]

Sepeninggal Inggris, Kota Yogyakarta semakin berkembang, dibuat kesepakatan birokrasi antara Belanda dengan Keraton. Sistem Keresidenan tetap dipertahankan, dan kesepakatan tersebut juga menghasilkan Residen dan Patih untuk menjembatani birokrasi antara pihak Belanda dengan pihak Keraton. Fungsinya adalah sebagaimana kedutaan besar sekarang. Diantara keduanya, perlu menguasai bahasa Jawa dan Belanda. Danureja III dipilih sebagai Patih pertama untuk tugas di Pemerintahan Hindia-Belanda dan J.One thousand. van Rhijn sebagai Residen pertama untuk Yogyakarta. Posisi Residen disini setara dengan Patih, dimana ia harus mengabdi kepada raja. Residen memiliki loyalitas ganda kepada kompeni dan kepada rajanya, sebagaimana fungsi kerja Patih di Jawa[14]. Residen Yogyakarta bertempat tinggal di Gedung Residen yang terletak di sisi barat Benteng Vredeburg, dimana kini dikenal sebagai Gedung Agung.[14]

Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Hal tersebut dikuatkan dengan dimasukkannya Kasultanan dan Pakualaman ke dalam sebuah wilayah otonomi
vorstenlanden
oleh Hindia Belanda, Bersama dengan Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta.[12]

Masa Pendudukan Jepang

[sunting
|
sunting sumber]

Pendudukan Jepang di Yogyakarta berlangsung sejak tanggal 6 Maret 1942. Mereka menempati gedung-gedung pemerintah yang semula ditempati pemerintah Belanda. Pendudukan tentara Jepang atas Kota Yogyakarta berjalan sangat lancar tanpa ada perlawanan.[15]

Pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor ane tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan
Kooti Zium Kyoku Tjokan
(Gubernur Jepang) yang berkantor di Gedung
Tjokan Kantai
(Gedung Agung). Pusat kekuatan tentara Jepang ditempatkan di Kotabaru dan di Benteng Vredeburg.[fifteen]

Masa Kemerdekaan

[sunting
|
sunting sumber]

Potret para pasukan gerilya di kota Yogyakarta pada tahun 1949.

Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia pada tahun 1946 hingga 1948, dilatarbelakangi oleh situasi keamanan ibu kota Jakarta (saat itu masih disebut Batavia) yang memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Alhasil, Presiden Soekarno memberikan perintah rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal iii Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Djakarta dan pindah ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibu kota. Yogyakarta juga menjadi tempat terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949, serangan mempertahankan kemerdekaan yang dipimpin langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat itu.

Pada tahun 1947, terbit Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947 pasal I yang menyatakan status Kota Praja Yogyakarta. Pasal tersebut menyebutkan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tanggal ditetapkannya undang-undang ini diperingati sebagai hari jadi pemerintahan Kota Yogyakarta setiap tahunnya.[xi]

Untuk melaksanakan otonomi tersebut, pemerintah mengangkat G. Enoch sebagai walikota pertama. Pada awalnya, walikota mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat Ii yang menjadi bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta.[11]

Masa setelah Kemerdekaan

[sunting
|
sunting sumber]

Di era walikota Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo, Yogyakarta memiliki Badan Pemerintah Harian dan Badan Legislatif yang bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang, dimana badan tersebut dipimpin pula oleh walikota. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.[xi]

Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden five Juli 1959, maka Undang-undang Nomor one Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor xviii Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang tersebut mengatur pemisajan tugas Kepala Daerah dan DPRD, serta pembentukan Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian. sebutan Kota Praja Yogyakarta diganti dengan Kotamadya Yogyakarta.[eleven]

Masa kini

[sunting
|
sunting sumber]

pada tahun 1999, terbitlah Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan berlakunya undang-undang tersebut, sebutan untuk Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta, sedangkan untuk pemerintahannya disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya.[eleven]

Geografi

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung – Semarang – Surabaya – Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 g dpl.

Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.

Tata Ruang Kota

[sunting
|
sunting sumber]

Sejak awal berdirinya, Yogyakarta telah memiliki penataan kota yang cukup baik. Arah perkembangan kota didasarkan pada Garis Imajiner Yogyakarta, yang berada satu garis lurus dengan keraton. Disini dibangun beberapa fasilitas umum seperti pasar, kantor pemerintahan, dan perkampungan abdi dalem.

Kedatangan Belanda di Yogyakarta turut mewarnai penataan kota. Belanda membangun Benteng Rustenburg di sisi timur laut keraton pada 1767 (kemudian dikenal dengan Benteng Vredeburg), dilanjutkan dengan membangun beberapa fasilitas seperti gedung
Nederlandsch-Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij
(kini menjadi gedung Bank BNI), gedung
Postal service, Telegraaf en Telefoonkantoor
(kini menjadi Kantor Pos Besar Yogyakarta), gedung
De Javasche Depository financial institution
(kini menjadi gedung Depository financial institution Indonesia Yogyakarta), dan Gedung Residen Yogyakarta (kini menjadi Istana Kepresidenan Gedung Agung) di sekitar garis imajiner tersebut.[16]

Belanda juga mengatur beberapa pemukiman untuk masyarakat non-pribumi pada masa itu. Etnis Eropa tinggal di wilayah bernama
loji kecil
dan Bintaran yang terletak di sebelah timur benteng. Etnis Cina tinggal di kampung Ketandan yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono Three. Perkampungan Ketandan terletak di sisi utara Pasar Besar (Pasar Beringharjo). Sedangkan etnis Arab tinggal di kampung Sayidan yang terletak di barat Sungai Code, di dekat Gondomanan. Berkembangnya penduduk etnis Eropa di Yogyakarta membuat Belanda kembali membangun kawasan permukiman Eropa atas izin Sri Sultan Hamengkubuwono Seven di timur Sungai Code, dekat Gondolayu. Pembangunan dimulai pada tahun 1917 dan selesai pada tahun 1922, dimana wilayah tersebut diberi nama
Nieuwe Wijk. Pembangunan kawasan ini mengusung konsep kota taman (garden metropolis) seperti halnya kawasan Menteng di Djakarta. Pada masa sekarang, kawasan tersebut menjadi wilayah dari kelurahan Kotabaru di kemantren Gondokusuman, serta menjadi kawasan cagar budaya.[17]

Kini, segala perencanaan penataan ruang kota dituangkan dalam Rencana Strategis yang disusun oleh Dinas Pertanahan dan Tata Ruang kota. Biasanya rencana-rencana strategis ini disusun untuk tiga bahkan lima tahun.

Batas Wilayah

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Meski begitu, Pemerintah kota Yogyakarta tetap membangun beberapa gapura batas kota dan memasang papan penanda batas wilayah kota Yogyakarta di perbatasan. Terdapat dua gapura kota Yogyakarta, yakni di Jalan Magelang (sisi utara) dan Jalan Adisucipto (sisi timur). Sedangkan di beberapa titik perbatasan dipasang papan penanda bertuliskan “Batas Wilayah Kota Yogyakarta”, serta lampu berbentuk wayang dengan tulisan “Jogja Berhati Nyaman”.

Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:


Iklim & Cuaca

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta memiliki iklim yang sama dengan wilayah lain di Republic of indonesia yaitu beriklim tropis, dengan tipe iklim muson tropis (Am). Angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin menyebabkan musim kemarau di wilayah Kota Yogyakarta dan angin muson ini berlangsung pada periode Mei hingga Oktober. Sementara itu, angin muson barat–barat daya yang bersifat lembab dan membawa banyak uap air menyebabkan musim penghujan di wilayah Kota Yogyakarta dan angin muson ini bertiup pada periode November hingga Apr. Rata-rata curah hujan di wilayah Kota Yogyakarta adalah ±2012 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahunnya. Tingkat kelembapan rata-rata per tahun di wilayah ini adalah ±77%.[18]

Data iklim Kota Yogyakarta, DIY, Indonesia
Bulan January February Mar April Mei Jun Jul Agt Sep Okt November Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 33.6
(92.5)
34.2
(93.6)
34.vii
(94.5)
35.3
(95.v)
34.one
(93.4)
34.three
(93.7)
34.3
(93.7)
35.four
(95.vii)
36.eight
(98.ii)
37.9
(100.2)
37.vii
(99.9)
34.half-dozen
(94.3)
37.9
(100.2)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.viii
(85.vi)
30.2
(86.4)
30.4
(86.7)
31.iii
(88.3)
31.1
(88)
31
(88)
30.3
(86.five)
30.7
(87.three)
31.2
(88.ii)
31.4
(88.5)
30.seven
(87.iii)
30.1
(86.2)
thirty.68
(87.25)
Rata-rata harian °C (°F) 26.3
(79.3)
26.5
(79.7)
26.half-dozen
(79.9)
27.1
(80.8)
26.9
(fourscore.4)
26.2
(79.ii)
25.4
(77.7)
25.6
(78.1)
26.4
(79.five)
27
(81)
26.8
(eighty.2)
26.5
(79.seven)
26.44
(79.63)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.8
(73)
22.eight
(73)
22.9
(73.2)
23
(73)
22.7
(72.nine)
21.5
(seventy.7)
xx.five
(68.9)
20.7
(69.3)
21.7
(71.ane)
22.vii
(72.nine)
23
(73)
22.9
(73.2)
22.27
(72.02)
Rekor terendah °C (°F) 20.4
(68.7)
20.3
(68.5)
18.iii
(64.nine)
nineteen.viii
(67.6)
18.1
(64.6)
16.iv
(61.5)
16.iii
(61.iii)
17.4
(63.3)
17.9
(64.2)
18.5
(65.3)
19.9
(67.eight)
20.i
(68.2)
16.iii
(61.iii)
Presipitasi mm (inci) 345
(13.58)
363
(fourteen.29)
300
(11.81)
183
(7.2)
86
(three.39)
56
(2.2)
25
(0.98)
17
(0.67)
29
(1.xiv)
110
(4.33)
226
(8.9)
342
(13.46)
two.082
(81,95)
Rata-rata hari hujan
22 21 xix 16 9 6 2 i 2 10 17 xx 145
% kelembapan 84 83 81 78 77 74 71 69 73 75 77 82 77
Rata-rata sinar matahari bulanan 155 168 186 209 217 221 248 256 224 227 195 189 2.495
Sumber #1: Climate-Data.org[nineteen]
& BMKG[20]
Sumber #2: Weatherbase & WeatherAtlas[21]
[22]

Pemerintahan

[sunting
|
sunting sumber]

Telepon penting Kota Yogyakarta (klik gambar untuk memperbesar)

Daftar Wali Kota

[sunting
|
sunting sumber]

Wali Kota Yogyakarta (bahasa Jawa:
ꦮꦭꦶꦏꦸꦛ​ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ,

translit.



Walikutha Ngayogyakarta

) adalah pemimpin tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Wali kota Yogyakarta bertanggungjawab kepada Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di Kota Yogyakarta adalah Sumadi, yang ditunjuk menjadi pelaksana tugas wali kota Yogyakarta sejak 22 Mei 2022, menggantikan wali kota sebelumnya, Haryadi Suyuti yang telah menjabat selama dua periode jabatan. Sedangkan jabatan wakil wali kota dikosongkan hingga Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024.

No. Wali Kota Bertugas Wakil Wali Kota Ref.
Mulai Menjabat Akhir Menjabat
i Wali Kota Jogja M. Enoch.jpg One thousand. Enoch Mei 1947 Juli 1947
2 Wali Kota Jogja Soedarisman Poerwokoesoemo.jpg Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo Juli 1947 Januari 1966
iii Wali Kota Jogja Soedjono AY.jpg Soedjono A. Y. Januari 1966 November 1975
4 Wali Kota Jogja H Ahmad.jpg H. Ahmad November 1975 Mei 1981
five Wali Kota Joga Soegiarto.jpg Soegiarto 1981 1986
6 Wali Kota Djatmikanto Danumartono.jpg Djatmikanto Danumartono 1986 1991
seven Wali Kota Jogja R. Widagdo .jpg R. Widagdo 1991 1996
1996 2001
8 Herry Zudianto.jpg Herry Zudianto 2001 2006 Syukri Fadholi
2006 2011 Haryadi Suyuti
9 Wali Kota Jogja Haryadi S.jpg Haryadi Suyuti 20 Desember 2011 20 Desember 2016 Imam Priyono
Sulistyo
(Pelaksana tugas)
20 Desember 2016 22 Mei 2017
(9) Pak-Haryadi-Suyuti- M9A5123.jpg Haryadi Suyuti 22 Mei 2017 22 Mei 2022 Heroe Poerwadi
Sumadi
(Pelaksana tugas)
22 Mei 2022 petahana jabatan lowong hingga Pemilihan Wali Kota 2024

Dewan Perwakilan

[sunting
|
sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Yogyakarta dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014 2014–2019 2019–2024
 Gerindra

(baru)


2
Kenaikan
5

Steady

five
 PDI-P eleven Kenaikan
fifteen
Penurunan
xiii
 Golkar 5
Steady

v
Penurunan
iv
 NasDem

(baru)


1
Kenaikan
4
 PKS 5 Penurunan
4
Kenaikan
v
 PPP 2 Kenaikan
four
Penurunan
1
 PAN v
Steady

5
Kenaikan
6
 Demokrat 10 Penurunan
1
Kenaikan
2
Jumlah Anggota 40
Steady

forty

Steady

forty
Jumlah Partai seven
Steady

8

Steady

viii

Kemantren

[sunting
|
sunting sumber]

Peta administrasi kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta memiliki 14 Kemantren dan 45 Kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 410.262 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 32,fifty km² dengan tingkat kepadatan penduduk 12.623 jiwa/km².[23]
[24]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Yogyakarta, adalah sebagai berikut:

Kode

Kemendagri
Kěmantrén Hanacaraka Transliterasi Jumlah

Kelurahan
Daftar

Kelurahan
34.71.04 Danurejan ꦢꦤꦸꦸꦉꦗꦤ꧀ Danurĕjan
atau
Danurějan
3
  • Bausasran
  • Tegalpanggung
  • Suryatmajan
34.71.05 Gedongtengen ꦒꦼꦝꦺꦴꦁꦠꦼꦔꦼꦤ꧀ Gĕḍongtĕngĕn
atau
Gědhongtěngěn
ii
  • Pringgokusuman
  • Sosromenduran
34.71.03 Gondokusuman ꦒꦤ꧀ꦢꦏꦸꦱꦸꦩꦤ꧀ Gåndåkusuman 5
  • Baciro
  • Demangan
  • Klitren
  • Kotabaru
  • Terban
34.71.10 Gondomanan ꦒꦤ꧀ꦢꦩꦤꦤ꧀ Gåndåmanan two
  • Ngupasan
  • Prawirodirjan
34.71.02 Jetis ꦗꦼꦛꦶꦱ꧀ Jĕṭis
atau
Jěthis
3
  • Bumijo
  • Cokrodiningratan
  • Gowongan
34.71.fourteen Kotagede ꦏꦸꦛꦒꦼꦝꦺ Kuṭagĕdhé
atau
Kuthagědhe
3
  • Prenggan
  • Purbayan
  • Rejowinangun
34.71.09 Kraton ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ Karaton 3
  • Panembahan
  • Kadipaten
  • Patehan
34.71.08 Mantrijeron ꦩꦤ꧀ꦠꦿꦶꦗꦼꦫꦺꦴꦤ꧀ Mantrijĕron
atau
Mantrijěron
3
  • Gedongkiwo
  • Suryodiningratan
  • Mantrijeron
34.71.12 Mergangsan ꦩꦼꦂꦒꦁꦱꦤ꧀ Mĕrgangsan
atau
Měrgangsan
3
  • Brontokusuman
  • Keparakan
  • Wirogunan
34.71.06 Ngampilan ꦔꦩ꧀ꦥꦶꦭ꧀ꦭꦤ꧀ Ngampilan 2
  • Ngampilan
  • Notoprajan
34.71.11 Pakualaman ꦥꦏꦸꦮꦭꦩ꧀ꦩꦤ꧀ Pakualaman 2
  • Gunungketur
  • Purwokinanti
34.71.01 Tegalrejo ꦠꦼꦒꦭ꧀ꦉꦗ Tĕgalrĕjå
atau
Těgalrějå
4
  • Bener
  • Karangwaru
  • Kricak
  • Tegalrejo
34.71.13 Umbulharjo ꦈꦩ꧀ꦧꦸꦭ꧀ꦲꦂꦗ Umbulharjå 7
  • Pandeyan
  • Sorosutan
  • Giwangan
  • Warungboto
  • Mujamuju
  • Semaki
  • Tahunan
34.71.07 Wirobrajan ꦮꦶꦫꦧꦿꦗꦤ꧀ Wiråbrajan iii
  • Pakuncen
  • Patangpuluhan
  • Wirobrajan
TOTAL 45

Ekonomi

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta mengandalkan sektor industri, perdagangan, dan jasa, khususnya dalam bidang pariwisata. Seiring dengan pesatnya perkembangan Kota Yogyakarta, perubahan struktur perekonomian menjadi hal yang alami. Beberapa sektor ekonomi terus meningkat kontribusinya terhadap perekonomian daerah dan sektor-sektor lain terlihat mengalami penurunan kontribusi terhadap perekonomian daerah.[25]

Yogyakarta memiliki beberapa sentra industri menengah, kebanyakan dari mereka memproduksi barang yang masih ada kaitannya dengan kebudayaan Yogyakarta. Seperti industri pembuatan blangkon gaya Yogyakarta di Mantrijeron, industri perak di Kotagede, dan industri batik gaya Yogyakarta di Ngasem. Meski begitu, Yogyakarta juga memiliki sentra industri modern, seperti CV Karya Hidup Sentosa produsen alat-alat pertanian, yang memiliki pabrik di Jalan Magelang, Kelurahan Karangwaru, Kemantren Tegalrejo.

Di sektor perdagangan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional yang tersebar di beberapa kemantren, dengan Pasar Beringharjo sebagai pasar terbesar. Pasar tradisional di Yogyakarta tidak hanya menjual bahan pokok, melainkan juga menjual beberapa barang bekas atau barang antik. Salah satu pasar barang bekas dan antik di Yogyakarta adalah Pasar Klithikan Pakuncen yang terletak di Kelurahan Pakuncen, Wirobrajan.

Selain itu terdapat pula kawasan-kawasan perdagangan di Kawasan Malioboro dan Jalan Urip Sumoharjo. Sedangkan pasar mod yang berdiri di Kota Yogyakarta antara lain Mal Malioboro, Galeria Mall, Lippo Plaza Jogja, Ramai Mall, Ramayana, Gardena, dan Mirota Kampus.

Demografi

[sunting
|
sunting sumber]

Suasana perkampungan di kota Yogyakarta. Terlihat anak-anak sedang bermain bersama.

Kependudukan

[sunting
|
sunting sumber]

Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, berdasar Sensus Penduduk 2010[26]., berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Sementara tahun 2021 jumlah penduduk kota ini bertambah menjadi 415.509 jiwa dengan kepadatan 12.784 jiwa/km². Penduduk kota Yogyakarta termasuk dalam 10,18% dari total penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta.[2]

Jika dibandingkan dengan kota lain di Republic of indonesia, kota Yogyakarta menjadi kota terpadat ke-6 di Indonesia, dengan luas wilayah terkecil ke-half dozen, dan populasi terbanyak ke-38 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.

Kepadatan penduduk tertinggi di kota Yogyakarta terdapat di Kemantren Ngampilan dengan kepadatan eighteen.729 jiwa/km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kemantren Umbulharjo dengan kepadatan 8.395 jiwa/km².[ane]

Kota satelit

[sunting
|
sunting sumber]

Yogyakarta memiliki wilayah penyangga urban bernama
Kartamantul, yang merupakan akronim dari Yogyakarta, Sleman, dan Bantul dengan wilayah utama berada di Kapanewon Depok, Mlati, Gamping dan Ngaglik di Kabupaten Sleman dan Kapanewon Sewon, Banguntapan dan Kasihan di Kabupaten Bantul. Dengan luas wilayah 1.114,15 km², wilayah metropolitan Yogyakarta memiliki total jumlah penduduk lebih dari 2.4 juta jiwa.[27]

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Surat Keputusan Gubernur No.163/KEP/2017 menyatakan pembentukan sekretariat bersama Kartamantul, dengan tujuan untuk mempermudah sinergi kerjasama antar ketiga wilayah dalam hal sampah, pengolahan limbah, drainase, jalan, transportasi, dan air bersih.[28]

Agama

[sunting
|
sunting sumber]

Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat Kota Yogyakarta 83,40%, dengan jumlah penganut Kristen yang relatif signifikan (Katolik 9,89% dan Protestan 6,30%). Sebagian kecil lagi adalah pemeluk agama Buddha yakni 0,28%, Hindu 0,12% dan Konghucu 0,01%.[two]
Seperti kebanyakan dari Islam kebanyakan di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi Kejawen yang cukup kuat.

Sejak awal berdirinya, Yogyakarta sudah menjadi kota majemuk yang dihuni oleh beberapa etnis dan agama. Tercatat beberapa tempat ibadah yang sudah berdiri sejak dahulu, seperti Masjid Gede Kauman, Masjid Syuhada, Masjid Mataram Kotagede, Gereja HKBP, Gereja Kotabaru, Kelenteng Tjen Ling Kiong, dan Kelenteng Fuk Ling Miau.

Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh Thou.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta.

<div style=”border:solid transparent;position:absolute;width:100px;line-pinnacle:0;

Bahasa

[sunting
|
sunting sumber]

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Jogja-Surakarta merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kota Yogyakarta.[29]
Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kota Yogyakarta.[thirty]
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kota Yogyakarta adalah bahasa Indonesia.

Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021[31]
menetapkan Bahasa Jawa menjadi bahasa resmi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk Kota Yogyakarta.

Budaya

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta menjadi salah satu pusat pelestarian Budaya Jawa, khususnya gaya Yogyakarta. Budaya Jawa gaya Yogyakarta memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan gaya kebudayaan Jawa di daerah lainnya. Hal ini dikarenakan keberadaan Kesultanan Yogyakarta yang memilih untuk mempertahankan budaya Jawa murni yang telah ada sejak masa Kesultanan Mataram pada Perjanjian Jatisari.

Tarian

[sunting
|
sunting sumber]

Tari Golek Ayun-Ayun, salah satu tarian khas Yogyakarta yang dikembangkan di dalam Keraton.

Tarian khas Yogyakarta berkembang dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman, dimana kedua keraton memiliki beberapa tarian Srimpi dan Bedaya sesuai dengan pakem masing-masing. Salah satu tarian yang dikenal oleh masyarakat adalah tari Beksan Lawung Ageng. Beksan Lawung Ageng adalah salah satu tarian pusaka Keraton Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, dan biasanya dipentaskan pada ritual kenegaraan. Tarian ini menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak.

Batik

[sunting
|
sunting sumber]

Batik gaya Yogyakarta memiliki ciri khas pada warna dasaran atau latar belakang putih atau hitam. Batik Yogyakarta juga dapat dilihat dari
seret
atau bagian putih di pinggir kain batik
[32]. Adapun motif batik yang berkembang di Yogyakarta, seperti motif Parang dan Kawung.

Pakaian adat

[sunting
|
sunting sumber]

Surjan merupakan salah satu pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan untuk kegiatan sehari-hari. Masyarakat Yogyakarta biasanya melengkapi pakaian Surjan dengan mengenakan penutup kepala yang disebut Blangkon.

Blangkon gaya Yogyakarta memiliki ciri khas berupa
mondolan
(tonjolan di belakang) yang membulat.
Mondolan
tersebut pada awalnya adalah rambut masyarakat yang digulung ke dalam, mengingat pada saat itu masyarakat sekitar Keraton Yogyakarta masih memanjangkan rambutnya.

Perayaan

[sunting
|
sunting sumber]

Abdi dalem Keraton Yogyakarta menabuh gamelan sekaten Kyai Guntur Madu di Bangsal Pagongan Masjid Agung Kauman.

Perayaan dan upacara adat di kota Yogyakarta biasanya diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman. Beberapa perayaan tersebut antara lain:

  • Sekaten

Sekaten adalah pergelaran rangkaian kegiatan tahunan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta. Rangkaian perayaan secara resmi berlangsung dari tanggal five dan berakhir pada tanggal 12 Mulud penanggalan Jawa (dapat disetarakan dengan Rabiul Awal penanggalan Hijriah). Biasanya pergelaran ini dimeriahkan dengan pasar malam, dan dimainkannya gamelan pusaka (miyos gongso) di halaman Masjid Agung.


  • Hajad Dalem Mubeng Beteng

Mubeng Beteng
atau
Tapa Bisu
merupakan tradisi yang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dan masyarakat dalam menyambut tahun baru Hijriyah. Tradisi ini dilakukan dalam bentuk jalan kaki bersama mengitari Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta pada malam hari sambil membisu sebagai sarana merefleksikan diri dalam keheningan.

Tradisi mubeng beteng diilhami dari tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram yang saat itu beribukota di Kotagede membangun benteng mengelilingi kerajaan atau keraton yang kemudian selesai pada tanggal 1 Suro 1580 Masehi. Setelah itu para prajurit rutin mengelilingi benteng untuk menjaga dari ancaman musuh. Setelah dibangunnya parit, tugas berkeliling digantikan oleh abdi dalem agar tidak terkesan seperti militer. Para abdi berkeliling dengan membisu sambil membacakan doa-doa dalam hati agar mereka diberi keselamatan.[33]

Biasanya tradisi ini diawali pada pukul twenty.00 dengan serangkaian acara seperti tahlilan, pembagian makanan berkah, tembangan macapat hingga prosesi mubeng beteng dilakukan tepat pukul 00.00 WIB.[34]

  • Grebeg

Grebeg atau Garebeg merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati peristiwa penting. Dalam acara grebeg, biasanya dilakukan pembagian gunungan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Di Yogyakarta, grebeg dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Rabiul Awal (Maulud), Syawal, dan Dzulhijjah (Besar). pembagian gunungan bertempat di tiga titik, seperti Masjid Gedhe Kauman, Kepatihan, dan Pura Pakualaman.

Garis imajiner kota

[sunting
|
sunting sumber]

Yogyakarta memiliki garis imajiner khusus yang menghubungkan antara Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Laut Selatan, dimana hubungan antar ketiga tempat tersebut ditandai dengan Tugu Yogyakarta di bagian utara dan Panggung Krapyak di bagian selatan. Garis imajiner ini menjadi ciri khas Kota Yogyakarta dibandingkan wilayah lain, sekaligus menjadi titik awal perkembangan perkotaan Yogyakarta, dimana Keraton membangun beberapa fasilitas fisik di ruas ini seperti Pasar Beringharjo, Alun-alun Utara, Alun-alun Selatan, dan Masjid Gedhe Kauman.

Garis imajiner tersebut dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I ketika membangun Keraton di antara Sungai Code dan Sungai Winongo. Garis imajiner memiliki filosofi tentang hubungan manusia kepada Sang Pencipta. Laut Selatan yang merupakan titik terendah dan Gunung Merapi yang lebih tinggi melambangkan sikap manusia yang semakin dekat dengan Sang Pencipta seiring berjalannya waktu.

Budaya populer

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta menjadi inspirasi bagi Ismail Marzuki untuk menciptakan lagu Sepasang Mata Bola pada tahun 1946. Lagu tersebut mencitrakan suasana senja di Stasiun Yogyakarta. Ada pula lagu
Yogyakarta, lagu yang diciptakan oleh Katon Bagaskara pada tahun 1990 dalam album Kedua. Lagu tersebut mencitrakan suasana Yogyakarta yang hangat dan ramah.

Beberapa film yang mengangkat tema Yogyakarta antara lain Jagad X Lawmaking (2009), Sang Pencerah (2010).

Pariwisata

[sunting
|
sunting sumber]

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Kota Yogyakarta. Sejak dahulu, Kota Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata utama di Republic of indonesia dan menjadi andalan pariwisata Republic of indonesia, bersama dengan Bali. Pada Januari 2022, tercatat 780.000 wisatawan berkunjung ke Kota Yogyakarta.[35]
[36]


Wisata sejarah, edukasi dan budaya

[sunting
|
sunting sumber]

Posisi Kota Yogyakarta sebagai ibukota Kesultanan Yogyakarta menjadikan kota ini memiliki banyak tempat bersejarah yang menjadi objek wisata seperti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Taman Sari, Malioboro, Alun-alun Selatan, Situs Warungboto, Pura Pakualaman, Benteng Vredeburg, Kawasan Kotabaru, Keraton Kotagede dan lain sebagainya. Yogyakarta juga memiliki beberapa objek wisata edukasi, seperti Taman Pintar, Museum Sonobudoyo, Museum Biologi UGM, Museum Sasmitaloka Jenderal Sudirman, Museum Perjuangan, dan lain sebagainya.

Yogyakarta juga memiliki kebun binatang bernama Kebun Binatang Gembira Loka, yang menjadi sentra wisata edukasi keanekaragaman hayati. Kebun binatang ini memiliki beberapa jenis hewan dan tumbuhan dari berbagai belahan dunia.

Kampung wisata

[sunting
|
sunting sumber]

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata juga memberdayakan beberapa kampung wisata di setiap kemantren di wilayah Kota Yogyakarta. Bahkan, tiap kampung wisata memiliki identitas yang berbeda-beda, seperti kampung wisata di Kelurahan Tahunan yang berfokus kepada wisata industri kreatif, kampung wisata Dipowinatan yang berfokus kepada wisata kebudayaan, dan kampung wisata Kauman yang berfokus pada wisata religi dan sejarah.[37]

Festival

[sunting
|
sunting sumber]

Sebagai kota pariwisata dan kebudayaan, Yogyakarta memiliki banyak pergelaran festival guna menarik wisatawan, sekaligus menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Pergelaran yang rutin digelar di Kota Yogyakarta, seperti :

  • Pasar Kangen

Pasar Kangen Yogyakarta merupakan agenda rutin tahunan yang digelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 2007 yang dikemas dengan nuansa klasik tempo dulu.

  • Jogja Nighttime Carnival

Jogja Dark Carnival merupakan calendar rutin tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Yogyakarta pada tanggal seven Oktober. Biasanya pergelaran ini menyajikan aksi karnaval jalanan yang menampilkan tokoh-tokoh wayang dikombinasikan dengan lakon pewayangan dibalut dalam seni koreografi, busana serta musik kontemporer.[38]

  • Selasa Wagen

Pergelaran selasa wagen rutin diselenggarakan setiap hari selasa wage dalam penanggalan Jawa di kawasan Malioboro, dimana kawasan Malioboro dijadikan sebagai kawasan bebas kendaraan bermotor mulai dari jam 06.00 pagi hingga jam 21.00 malam. Selama waktu tersebut, diselenggarakan beberapa pementasan kebudayaan Yogyakarta[39]. Dalam mitos Jawa, selasa wage adalah hari dimana manusia beristirahat dari aktivitas sehari-hari.

  • Festival Kesenian Yogyakarta

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juni atau Juli setiap tahunnya. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 1989, dan melibatkan seluruh kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk kota Yogyakarta.

Di kota Yogyakarta, acara berpusat di Benteng Vredeburg, Jalan Malioboro, Taman Budaya Yogyakarta, Monumen Serangan Umum i Maret dan kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Wisata ramah pejalan kaki

[sunting
|
sunting sumber]

Salah satu ruang trotoar pejalan kaki di Jalan Malioboro.

Yogyakarta juga memiliki beberapa kawasan khusus untuk wisata pejalan kaki (pedestrian zone). Penataan kawasan wisata khusus pejalan kaki dimulai di jalan Malioboro pada tahun 2016 hingga 2018[40], kemudian dilanjutkan dengan penataan kawasan khusus pejalan kaki di sekitar Kotabaru dan Jalan Jendral Sudirman pada 2019 hingga 2021.[41]

Julukan

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta memiliki beberapa julukan, antara lain :

  • Kota Perjuangan

Yogyakarta dijuluki sebagai kota perjuangan, karena beberapa peristiwa perjuangan pergerakan nasional Republic of indonesia terjadi di kota ini, seperti Serangan Umum one Maret 1949 dan Pertempuran Kotabaru.

  • Kota Pelajar

Hampir 20% penduduk produktif kota Yogyakarta adalah pelajar, dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini juga diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

  • Kota Gudeg

Gudeg adalah makanan khas berbahan nangka muda dari Kota Yogyakarta. Gudeg asli Yogyakarta memiliki citarasa khas berupa rasa manis dan bertekstur kering.

  • Kota Wisata

Yogyakarta dijuluki kota wisata karena tingginya angka jumlah wisatawan dari tahun ke tahun, serta memiliki banyak tempat wisata menarik dari sisi sejarah, budaya, dan pendidikan.

  • Kota Murah Meriah

Kota Yogyakarta dikenal dengan biaya hidupnya yang murah dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.

  • Kota Berhati Nyaman

Berhati Nyaman adalah slogan resmi Kota Yogyakarta, yang berasal dari akronim kata BERsih, seHAT, Indah dan NYAMAN.

Kuliner khas

[sunting
|
sunting sumber]

Sepiring nasi Gudeg dengan lauk telur.

Kota Yogyakarta juga dikenal akan kekayaan kulinernya. Salah satu kuliner yang sudah akrab di masyarakat umum adalah Gudeg, sajian dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Gudeg biasanya dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tempe, tahu dan sambal goreng krecek. Di Kota Yogyakarta, gudeg dapat dijumpai di setiap sudut kota. Salah satu sentra kuliner gudeg di Yogyakarta adalah Jalan Wijilan, yang masih berada di dalam komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada pula Bakpia, kue yang dibuat dari gulungan tepung panggang dengan berbagai isi. Di Kota Yogyakarta, sentra kuliner bakpia terletak di wilayah pasar Pathuk dan Jalan KS Tubun, Kemantren Ngampilan.

Makanan khas Kota Yogyakarta yang lainnya, seperti Nasi kucing (nasi porsi kecil dengan sambal, ikan, dan tempe, lalu dibungkus daun pisang), Sate Kere (sate yang dibuat dari gajih sapi), dan lain sebagainya.

Sementara minuman yang berasal dari Yogyakarta antara lain Kopi Joss (kopi hitam yang dicampur dengan arang), Wedang Ronde (minuman yang disajikan dengan bola-bola dari tepung ketan), dan lain sebagainya.

Angkringan

[sunting
|
sunting sumber]

Angkringan adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman dengan harga yang sangat terjangkau.

Di Kota Yogyakarta, angkringan dapat ditemui dengan mudah. Biasanya pedagang angkringan akan membuka dagangannya pada sore hari, dan tutup menjelang dini hari.

Transportasi

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta sangat strategis, karena terletak di jalur-jalur utama, yaitu Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Ngawi, Surabaya, dan kota-kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta – Semarang, yang menghubungkan Yogyakarta, Magelang, Semarang, dan kota-kota di lintas tengah Pulau Jawa. Karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat dan udara, sedangkan karena lokasinya yang cukup jauh dari laut (27 – xxx KM) menyebabkan tiadanya transportasi air di kota ini.

Transportasi darat

[sunting
|
sunting sumber]

Bus kota

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang tidak mengenal istilah angkutan kota (angkot dengan armada minibus). Transportasi darat di dalam Yogyakarta dilayani oleh sejumlah bus kota. Kota Yogyakarta dahulu memiliki sejumlah jalur bus yang dioperasikan oleh koperasi masing-masing (antara lain Aspada, Kobutri, Kopata, Koperasi Pemuda Sleman, dan Puskopkar) yang melayani rute-rute tertentu.

Saat ini keberadaan charabanc kota di Yogyakarta semakin terbatas, hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa permasalahan dalam operasional bus tersebut. Selain itu, diluncurkannya Trans Jogja yang lebih cepat dan nyaman juga menjadi titik awal dari pembatasan bus-charabanc tersebut.[42]

Trans Jogja

[sunting
|
sunting sumber]

Sejak Maret 2008, sistem transportasi bus yang baru, bernama Trans Jogja hadir melayani sebagai transportasi massal yang cepat, aman dan nyaman. Trans Jogja merupakan bus 3/4 yang melayani berbagai kawasan di Kota, Sleman dan sebagian Bantul. Hingga saat ini (Tahun 2017), telah ada 17 (tujuh belas) trayek yang melayani berbagai sarana vital di Yogyakarta, yaitu:[43]

  • Trayek 1A, melayani kawasan timur seperti Bandar Udara Adisutjipto, Kalurahan Maguwoharjo, menuju ke Terminal Pakem di Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman.
  • Trayek 1B, melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta, Kampus UGM.
  • Trayek 2A, melayani kawasan selatan, seperti Jokteng Kulon dan Dongkelan, Kampus UGM, menuju Terminal Palbapang di Kabupaten Bantul.
  • Trayek 2B, melayani kawasan perkantoran Kotabaru dan Sukonandi.
  • Trayek 3A
    dan
    Trayek 3B, melayani kawasan selatan, termasuk juga Kampus UGM dan kawasan sejarah Kotagede.
  • Trayek 4A
    dan
    Trayek 4B, melayani kawasan pendidikan, seperti Kampus UGM, UII, APMD, UIN Sunan Kalijaga, dan Stasiun Lempuyangan.
  • Trayek 5A
    dan
    Trayek 5B, melayani kawasan Jalan Magelang, Kampus UGM dan kawasan Seturan.
  • Trayek 6A
    dan
    Trayek 6B, melayani kawasan barat daya, seperti kampus UMY dan Jalan Parangtritis.
  • Trayek 7, melayani kawasan Jalan Wonosari dan Babarsari.
  • Trayek 8, melayani kawasan barat seperti Gamping dan Ringroad Barat.
  • Trayek 9, melayani kawasan sejarah bagian barat seperti Ngabean dan Pojok Beteng.
  • Trayek 10, melayani kawasan Gamping dan Stasiun Lempuyangan.
  • Trayek 11, melayani kawasan Kampus UGM dan Condongcatur.
  • Bus Layanan Terbatas
    (express service), melayani kawasan wisata dan sejarah seperti Jalan P Mangkubumi, Malioboro, Stasiun Yogyakarta dan Terminal Ngabean, menuju ke Pusat Kuliner Belut di Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman. Layanan ini hanya beroperasi pada jam-jam tertentu.

Ada pula tiga jaringan trayek yang dikelola oleh kolaborasi PT Anindya Mitra Internasional dan PT Jogja Tugu Trans bersama dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui jaringan Teman Autobus, yaitu:

  • Koridor 1
    (K1J), melayani kawasan pendidikan seperti UNY dan UGM, menuju ke Terminal Pakem di Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman.
  • Koridor 2
    (K2J), melayani kawasan perkantoran Kotabaru dan Sukonandi.
  • Koridor 3
    (K3J), melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta.

Trans Jogja sangat diminati selain karena aman dan nyaman, tarif yang saat ini diterapkan juga terjangkau, yaitu Rp 3.600,- untuk sekali jalan, dengan dua sistem tiket: sekali jalan dan berlangganan. Bagi tiket berlangganan, dikenakan potongan sebesar 50% untuk pelajar dan 15% untuk umum.

Taksi

[sunting
|
sunting sumber]

Taksi mudah dijumpai di berbagai ruas jalan di Yogyakarta, terutama di ruas protokol dan kawasan pusat ekonomi dan wisata. Ada berbagai perusahaan taksi yang melayani angkutan ini, dari yang berupa sedan hingga minibus.

Masa kini, taksi di Yogyakarta terbagi menjadi taksi konvensional dan taksi
online.

Becak

[sunting
|
sunting sumber]

Meski populasinya kian menyusut, becak masih dijadikan alat transportasi andalan di Yogyakarta. Kebanyakan dari mereka dapat ditemui di pusat kota dan kawasan-kawasan wisata.

Saat ini mayoritas becak di Yogyakarta merupakan becak bermesin atau biasa disebut dengan
“bentor”
oleh masyarakat sekitar. Meski begitu masih terdapat pula beberapa becak kayuh khas Yogyakarta.

Andong

[sunting
|
sunting sumber]

Sebuah andong yang sedang membawa wisatawan melewati Jalan Margo Mulyo.

Andong adalah salah satu transportasi tradisional beroda empat yang ditarik oleh kuda. Di masa Sultan Hamengkubuwono 7, andong menjadi kendaraan prestisius dimana hanya kalangan elit dan kerabat keraton saja yang boleh menaiki kendaraan ini. Namun pada masa Sultan Hamengkubuwono Viii, andong mulai digunakan oleh masyarakat umum.

Di masa kini, keberadaan andong dapat ditemui di kawasan-kawasan wisata seperti Malioboro, Keraton Yogyakarta, atau Pasar Ngasem. Keunikan andong Yogyakarta adalah sang kusir yang menggunakan pakaian adat jawa.

Kereta api

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta merupakan pusat dari Daerah Operasi Half dozen Yogyakarta, wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang menaungi perkeretaapian di Daerah Istimewa Yogyakarta, Solo Raya, dan sebagian Purworejo. Kota Yogyakarta dilewati oleh Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan yang menjadi penghubung utama kereta api dari Surabaya menuju Bandung melalui Kroya ataupun Jakarta melalui Purwokerto. Jalur kereta api yang melewati kota Yogyakarta telah terelektrifikasi listrik aliran atas sebesar 1.500 V DC, mulai dari Stasiun Yogyakarta hingga Stasiun Palur.

Kereta api di kota Yogyakarta melayani berbagai tujuan seperti Jakarta, Bandung, Purwokerto, Kebumen, Semarang, Surakarta, Blitar, Surabaya, Malang, Jember, dan Banyuwangi. Terdapat sebanyak kurang lebih 33 kereta api yang melintasi Kota Yogyakarta (dengan total sebanyak 121-139 total jadwal perjalanan perharinya).

Terdapat ii stasiun besar di Kota Yogyakarta, yaitu Stasiun Yogyakarta (dikenal sebagai
Stasiun Tugu) dan Stasiun Lempuyangan. Tersedia kereta api komuter yang menghubungkan Kutoarjo dengan Yogyakarta, kereta tersebut bernama Prameks, dan untuk penghubung Kota Surakarta dengan Yogyakarta tersedia KRL Lin Yogyakarta, Kereta rel listrik yang menggantikan KA Prameks relasi Yogyakarta-Solo Balapan dan dikelola oleh KAI Commuter. Selain itu, tersedia pula KA Bandara YIA, layanan kereta api bagi masyarakat yang ingin bepergian menuju ke Bandar Udara Internasional Yogyakarta, dengan tujuan akhir Stasiun Yogyakarta International Airport.

Yogyakarta juga memiliki beberapa jalur kereta api menuju Stasiun Palbapang, Stasiun Pundong dan Stasiun Magelang Kota bersambung ke Stasiun Ambarawa yang sudah dinonaktifan sejak dekade 1970-an. Salah satu peninggalan jalur kereta api nonaktif di kota Yogyakarta yang masih bisa disaksikan hingga saat ini adalah Stasiun Ngabean yang terletak di komplek Taman Parkir Wisata Ngabean.

Double-decker Antarkota

[sunting
|
sunting sumber]

Double-decker antarkota tersedia dari dan ke semua kota di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, datang dan berangkat dari Concluding Jitney Tipe A Giwangan, yang berada di Jalan Imogiri Timur, Giwangan, berada di tepi Jalan Lingkar Luar Selatan Yogyakarta, di batas wilayah antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul.

Transportasi udara

[sunting
|
sunting sumber]

Transportasi udara dari dan ke seluruh wilayah DI Yogyakarta sekarang dilayani oleh bandara Internasional Yogyakarta terletak di kapanéwon Temon, kabupaten Kulon Progo. Bandara ini melayani penerbang domestik ke kota-kota besar di Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Surabaya), Sumatra (Batam), Bali, Kalimantan (Pontianak, Banjarmasin, dan Balikpapan), dan Sulawesi (Makassar).

Selain itu, bandara ini juga melayani penerbangan harian ke Singapura dan Kuala Lumpur dengan AirAsia dan Scoot.

Kesehatan

[sunting
|
sunting sumber]

Rumah sakit

[sunting
|
sunting sumber]

No. Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat
one. 3471234 RSUD Kota Yogyakarta RSUD B Jl. Ki Ageng Pemanahan No.1, Sorosutan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55162
2. 3471336 RS Bethesda Lempuyangwangi RS D Jl. Hayam Wuruk No.vi, Bausasran, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55211
3. 3471063 RS Bethesda Yogyakarta RS B Jl. Jend. Sudirman No.70, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55224
iv. 3471030 RS Dr. Soetarto RS C Jl. Juadi No.19, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55224
5. 3471096 RS Dr. Yap Yogyakarta RS Mata B Jl. Cik Di Tiro No.5, Terban, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55223
six. 3471373 RS Happy Land RS C Jl. Melati Wetan No.53, Muja Muju, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55165
7. 3471026 RS Islam Hidayatullah RS D Jl. Veteran No.184, Pandeyan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55161
8. 3471282 RS Ludira Husada Tama RS D Jl. Wiratama No.iv, Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55244
nine. 3471041 RS Muhammadiyah Yogyakarta RS B Jl. KH. Ahmad Dahlan No.20, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55122
10. 3471052 RS Panti Rapih RS B Jl. Cik Di Tiro No.30, Terban, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55223
xi. 3471377 RS Pratama Yogyakarta RS D Jl. Kolonel Sugiyono No.98, Brontokusuman, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55153
12. 3471314 RS Prof. R. Oepomo RS THT A Jl. Suryomentaraman Wetan No.37, Panembahan, Kec. Kraton, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55131
13. 3471085 RS Puri Nirmala RS Jiwa C

Jl. Jayaningprangan No.13, Gunungketur, Kec. Pakualaman, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55166

fourteen. 3471293 RS Sari Asih Yogyakarta RS THT A Jl. Tirtodipuran No.38, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55143
fifteen. 3471380 RS Siloam Yogyakarta RS C Jl. Laksda Adisucipto No.32, Demangan, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55221
16. 3471271 RS Soedirman RS Bedah C Jl Sidobali No.402, Muja Muju, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55165
17. 3471374 RS Universitas Muhammadiyah RS Gigi & Mulut B Jl. HOS Cokroaminoto No.17, Pakuncen, Kec. Wirobrajan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55252
eighteen. 3471256 RSIA Bhakti Ibu RSIA C Jl. Golo No.32, Pandeyan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55161
19. 3471378 RSIA Fajar RSIA C Jl. Bugisan No.six, Patangpuluhan, Kec. Wirobrajan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55251
twenty. 3471107 RSIA Muhammadiyah Kotagede RSIA C Jl. Kemasan No.xxx, Purbayan, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55173
21. 3471325 RSIA Permata Bunda RSIA C Jl. Ngeksigondo No.56, Prenggan, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55172
22. 3471303 RSIA Prof. Dr. Ismangoen RSIA C Jl. Patangpuluhan No.35, Patangpuluhan, Kec. Wirobrajan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55251
23. 3471379 RSIA Rachmi RSIA C Jl. KH. Wachid Hasyim No.47, Notoprajan, Kec. Ngampilan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta 55262

Pusat kesehatan masyarakat

[sunting
|
sunting sumber]

  • Puskesmas Danurejan I
  • Puskesmas Danurejan II
  • Puskesmas Gedongtengen
  • Puskesmas Gondokusuman I
  • Puskesmas Gondokusuman II
  • Puskesmas Gondomanan
  • Puskesmas Jetis
  • Puskesmas Kotagede I
  • Puskesmas Kotagede II
  • Puskesmas Kraton
  • Puskesmas Mantrijeron
  • Puskesmas Mergangsan
  • Puskesmas Ngampilan
  • Puskesmas Pakualaman
  • Puskesmas Tegalrejo
  • Puskesmas Umbulharjo I
  • Puskesmas Umbulharjo Ii
  • Puskesmas Wirobrajan

Pendidikan

[sunting
|
sunting sumber]

Information Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2022/2023 mencatat 109.217 siswa dan 840 sekolah di Yogyakarta, dengan perincian 210 KB, 221 TK dan RA, 165 SD dan MI, 58 SMP dan MTs, 42 SMA dan MA, 30 SMK, 9 SLB, 36 TPA, 18 PKBM, 182 SPS, serta one Sanggar Kegiatan Belajar.[44]
[45]

Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar. selain itu, 45 dari 137 perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta berada di kota ini. Karenanya, kota ini diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Perguruan tinggi yang dimiliki oleh pemerintah adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta yang secara administratif berada di wilayah Sleman dan Bantul. Menariknya, seluruh perguruan tinggi negeri tersebut tetap menggunakan nama “Yogyakarta” dalam hal surat-menyurat dan tugas akhir, meskipun terletak di luar wilayah kota Yogyakarta.

Sekolah Dasar

[sunting
|
sunting sumber]

  • SD Negeri Gondolayu
  • SD Negeri Petinggen
  • SD Negeri Serayu
  • SD Negeri Jetis
  • SD Negeri Demangan
  • SD Negeri Lempuyangwangi
  • SD Negeri Tukangan
  • SD Negeri Ungaran
  • SD Negeri Gedongtengen
  • SD Negeri Kyai Mojo
  • SD Negeri Ngupasan
  • SD Negeri Badran
  • SD Negeri Sosrowijayan
  • MI Negeri 1 Yogyakarta
  • SD Muhammadiyah Pringgokusuman
  • SD Muhammadiyah Kauman
  • SD Muhammadiyah Purbayan
  • SD Muhammadiyah Sagan
  • SD Muhammadiyah Suryowijayan
  • SD Muhammadiyah 1 Wirobrajan
  • SD Muhammadiyah 2 Wirobrajan
  • SD Muhammadiyah 3 Wirobrajan
  • SD Muhammadiyah Suronatan
  • SD Muhammadiyah Ngupasan
  • SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim
  • SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Internasional
  • SD Islam Terpadu Al-Khairaat Yogyakarta
  • SD Kristen Kalam Kudus
  • SD Kanisius Notoyudan
  • SD Tarakanita Bumijo
  • SD Bopkri Gondolayu
  • SD Marsudirini
  • SD Netral “C” Yogyakarta
  • SD Netral “D” Yogyakarta

Sekolah Menengah Pertama

[sunting
|
sunting sumber]

  • SMP Negeri 1 Yogyakarta
  • SMP Negeri 2 Yogyakarta
  • SMP Negeri 3 Yogyakarta
  • SMP Negeri 4 Yogyakarta
  • SMP Negeri 5 Yogyakarta
  • SMP Negeri 6 Yogyakarta
  • SMP Negeri 7 Yogyakarta
  • SMP Negeri 8 Yogyakarta
  • SMP Negeri nine Yogyakarta
  • SMP Negeri 10 Yogyakarta
  • SMP Negeri 11 Yogyakarta
  • SMP Negeri 12 Yogyakarta
  • SMP Negeri 13 Yogyakarta
  • SMP Negeri xiv Yogyakarta
  • SMP Negeri xv Yogyakarta
  • SMP Negeri sixteen Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah i Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah two Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah iv Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah seven Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah ix Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah ten Yogyakarta
  • SMP PIRI I Yogyakarta
  • SMP Bopkri 1 Yogyakarta
  • SMP Bopkri 2 Yogyakarta
  • SMP Maria Imaculata Marsudirini Yogyakarta
  • MTs Negeri Yogyakarta I
  • MTs Negeri Yogyakarta 2
  • SMP Stella Duce 1 Yogyakarta
  • SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
  • SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta
  • SMP Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Internasional

Sekolah Menengah Atas

[sunting
|
sunting sumber]

  • SMA Negeri 1 Yogyakarta
  • SMA Negeri ii Yogyakarta
  • SMA Negeri 3 Yogyakarta
  • SMA Negeri 4 Yogyakarta
  • SMA Negeri 5 Yogyakarta
  • SMA Negeri 6 Yogyakarta
  • SMA Negeri 7 Yogyakarta
  • SMA Negeri viii Yogyakarta
  • SMA Negeri nine Yogyakarta
  • SMA Negeri ten Yogyakarta
  • SMA Negeri xi Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah i Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah two Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah v Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah vi Yogyakarta
  • SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
  • SMA Kolese De Britto Yogyakarta
  • SMA Bopkri 1 Yogyakarta
  • SMA Bopkri two Yogyakarta
  • MA Negeri Yogyakarta I
  • MA Negeri Yogyakarta II
  • SMA Piri Yogyakarta
  • SMA Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta
  • SMA Stella Duce 1 Yogyakarta
  • SMA Stella Duce two Yogyakarta
  • SMA Budi Mulia Dua Yogyakarta

Sekolah menengah kejuruan

[sunting
|
sunting sumber]

  • SMK Negeri ane Yogyakarta
  • SMK Negeri two Yogyakarta
  • SMK Negeri iii Yogyakarta
  • SMK Negeri 4 Yogyakarta
  • SMK Negeri 5 Yogyakarta
  • SMK Negeri 6 Yogyakarta
  • SMK Negeri 7 Yogyakarta
  • SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta
  • SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta
  • SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
  • SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta
  • SMK Piri Yogyakarta
  • SMK Bopkri 1 Yogyakarta
  • SMK SMTI Yogykarta

Perguruan Tinggi

[sunting
|
sunting sumber]

Universitas

[sunting
|
sunting sumber]

  • Universitas Gadjah Mada (Yang masuk Wilayah Kota Yogyakarta adalah Sekolah Vokasi dan Unit 2 Fakultas Fisipol, Sedangkan Fakultas Lain masuk Wilayah Sleman)
  • Universitas Negeri Yogyakarta (hanya kampus UPP two FIP)
  • Universitas Ahmad Dahlan
  • Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (Kampus Ngampilan)
  • Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
  • Universitas Janabadra
  • Universitas Teknologi Yogyakarta (Kampus Glagahsari dan Soepomo SH)
  • Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
  • Universitas Widya Mataram
  • Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
  • Universitas Islam Indonesia (Kampus Cik Di Tiro dan Taman Siswa)
  • Universitas Kristen Duta Wacana
  • Universitas Sanata Dharma (Kampus Kotabaru)

Institut

[sunting
|
sunting sumber]

  • Institut Sains & Teknologi AKPRIND

Sekolah Tinggi

[sunting
|
sunting sumber]

  • Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa APMD
  • Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi “AAN”
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mitra Indonesia
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Isti Ekatana Upaweda
  • Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Ilmu Komputer El Rahma Yogyakarta
  • Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain Visi Republic of indonesia
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum

Politeknik

[sunting
|
sunting sumber]

  • Politeknik LPP Yogyakarta
  • Politeknik Kesehatan Karya Husada Yogyakarta
  • Politeknik YKPN Yogyakarta

Akademi

[sunting
|
sunting sumber]

  • Akademi Akuntansi YKPN
  • Akademi Manajemen Putra Jaya
  • Akademi Keperawatan Notokusumo
  • Akademi Keperawatan Bethesda Yogyakarta
  • Akademi Sekretari dan Manajemen Marsudirini Santa Maria
  • Akademi Kesejahteraan Sosial AKK
  • Akademi Peternakan Brahmaputra
  • Akademi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Bahtera
  • Akademi Perikanan Yogyakarta
  • Akademi Pariwisata Indraprasta
  • Akademi Pariwisata Dharma Nusantara Sakti
  • Akademi Seni Rupa Dan Desain MSD
  • Akademi Fisioterapi YAB Yogyakarta

Pondok Pesantren

[sunting
|
sunting sumber]

  • Madrasah Muallimin Muhammadiyah
  • Madrasah ‘Aisyiyah Yogyakarta Suronatan
  • Pondok Pesantren Al Barokah Karangwaru
  • Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede

Olahraga

[sunting
|
sunting sumber]

Yogyakarta memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam bidang keolahragaan. Stadion Kridosono merupakan stadion tertua di kota Yogyakarta yang dibangun pada masa kolonial, bersama dengan Kotabaru. Selain stadion Kridosono, terdapat pula Stadion Mandala Krida yang kini menjadi stadion utama. Stadion ini digunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola pada umumnya, serta beberapa acara seperti
elevate race
dan Sholat Ied. Stadion Mandala Krida memiliki fasilitas yang cukup lengkap setelah renovasi besar-besaran pada 2013 hingga 2019, dimana terdapat penambahan sejumlah fasilitas di komplek stadion, antara lain untuk olahraga panjat tebing, bola voli pasir, sepatu roda, tenis lapangan, balap motor, dan panahan.

Tak jauh dari stadion Mandala Krida, tepat di bagian tenggara stadion terdapat GOR Among Rogo, gedung olahraga serbaguna yang sering pula digunakan untuk beberapa kejuaraan olahraga basket dan bulu tangkis.

PSIM Yogyakarta

[sunting
|
sunting sumber]

PSIM Yogyakarta didirikan pada 5 September 1929. Nama “Mataram” digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan kesultanan Mataram (keraton Ngayogyakarta Hadiningrat).

PSIM menjadikan Stadion Mandala Krida sebagai kandang utama. Saat ini, PSIM bertanding di Liga 2 Indonesia bagian tengah.

Media massa

[sunting
|
sunting sumber]

Televisi

[sunting
|
sunting sumber]

Masyarakat Kota Yogyakarta menikmati sejumlah siaran televisi (lokal dan nasional, dari DIY maupun Jateng), dengan menggunakan televisi analog maupun televisi digital.

Koran

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta memiliki 11 koran yang terbit antara lain:

Nama Jenis Jaringan Perusahaan Bahasa
Koran SINDO Edisi Yogyakarta Nasional Koran SINDO SINDOMedia
(melalui MNC)
Indonesia
Republika Edisi Yogyakarta Republika Mahaka Media
Kompas Edisi Yogyakarta Kompas Kompas Gramedia
Bisnis Indonesia Edisi Yogyakarta Bisnis Indonesia Jurnalindo Aksara Grafika
Media Indonesia Edisi Yogyakarta Media Indonesia Media Group
Joglosemar Lokal Sritex Intisari
Radar Jogja Jawa Pos Grup Jawa Pos
Kedaulatan Rakyat Yogyakarta Kedaulatan Rakyat Kedaulatan Rakyat
Tribun Jogja Kompas Kompas Gramedia
Harian Jogja Bisnis Indonesia Jurnalindo Aksara Grafika

Radio

[sunting
|
sunting sumber]

Kota Yogyakarta juga memiliki 35 buah stasiun radio yang bersiaran lokal.

Tokoh penting

[sunting
|
sunting sumber]

Beberapa tokoh penting yang berasal dari kota Yogyakarta, antara lain:

  • Pangeran Diponegoro, Pahlawan Nasional Republic of indonesia yang berjuang dalam Perang Jawa.
  • Hamengkubuwana I, raja Kasultanan Yogyakarta ke-ane.
  • Hamengkubuwana IX, raja Kasultanan Yogyakarta ke-9, Wakil Presiden ke-2 Republik Republic of indonesia.
  • Paku Alam Eight, adipati Paku Alam ke-eight, Pahlawan Nasional Indonesia.
  • KH Ahmad Dahlan, Pahlawan Nasional Republic of indonesia, pendiri organisasi Muhammadiyah.
  • Ki Hadjar Dewantara, Pahlawan Nasional Indonesia, mantan menteri Pendidikan Nasional ke-1 di Republic of indonesia, Pendiri Perguruan Taman Siswa.
  • Soerjopranoto, Pahlawan Nasional Republic of indonesia.
  • Radius Prawiro, ekonom Nasional, mantan Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Pembangunan 5.
  • Selo Soemardjan, tokoh sosiologi Republic of indonesia.
  • Megawati Soekarnoputri, presiden Republik Indonesia ke-v.
  • Abdul Malik Fadjar, mantan menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Gotong Royong dan mantan menteri Agama pada Kabinet Reformasi Pembangunan.
  • M. Busyro Muqoddas, mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.
  • Hanung Bramantyo, sutradara Nasional.
  • Bagong Kussudiardja, seniman Nasional.
  • Butet Kartaredjasa, seniman Nasional.
  • Djaduk Ferianto, seniman Nasional.
  • Seno Nugroho, seniman dan dalang Nasional.
  • Roro Fitria, aktris Nasional.

Kota kembar

[sunting
|
sunting sumber]

Lihat pula

[sunting
|
sunting sumber]

  • Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Daftar kemantren dan kelurahan di Kota Yogyakarta

Referensi

[sunting
|
sunting sumber]

  1. ^


    a




    b




    Kota Yogyakarta Dalam Angka 2021 (Laporan). Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. hlm. 65. Diakses tanggal
    4 Desember
    2021
    .




  2. ^


    a




    b




    c




    Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kota Yogyakarta 2021 (Laporan). Yogyakarta: Biro Tata Pemerintahan Setda DIY. Diakses tanggal
    12 Februari
    2022
    .





  3. ^


    Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021 (Laporan). Jakarta: Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal
    4 Desember
    2021
    .




  4. ^


    a




    b




    “Peraturan Walikota No. 25 Tahun 2010”. Diakses tanggal
    2022-xi-x
    .





  5. ^


    “Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2019”
    (PDF).
    www.djpk.kemenkeu.go.id. 2019. Diakses tanggal
    21 Januari
    2021
    .





  6. ^


    “Sandiaga Uno Luncurkan Tagline Baru Yogyakarta The City Of Creative”.
    sindonews.com. 08 Oktober 2021. hlm. 1. Diakses tanggal
    23 November
    2022
    .




  7. ^


    a




    b



    Keputusan Wali Kotamadya Yogyakarta No. two Tahun 1998

  8. ^

    Surjomihardjo, Abdurracham. 2008.
    Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe, Sejarah Sosial 1880–1930. Jakarta: Komunitas Bambu.

  9. ^


    Yanuarwati, Wulan (2021-x-28). “Kota Jogja Punya Logo Baru, Ini Filosofi dan Link Downloadnya – Harian Merapi”.
    Kota Jogja Punya Logo Baru, Ini Filosofi dan Link Downloadnya – Harian Merapi
    . Diakses tanggal
    2022-07-07
    .




  10. ^


    a




    b




    c




    “Logo dan Identitas”.
    jogjakota.become.id
    . Diakses tanggal
    2022-eleven-05
    .




  11. ^


    a




    b




    c




    d




    due east




    f




    one thousand




    h




    “Sejarah Kota”.
    jogjakota.go.id. Pemerintah Kota Yogyakarta. Diakses tanggal
    21 September
    2022
    .




  12. ^


    a




    b




    “Sejarah Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta”.
    dpad.jogjaprov.get.id. Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal
    21 September
    2022
    .





  13. ^

    Sutirman Eka Ardhana. 21 November 2013. Lurahing Pacino Kapitan Tan Jin Sing.
  14. ^


    a




    b




    “Peran Residen Sebagai Utusan Belanda di Keraton Yogyakarta Abad Ke-18”.
    nationalgeographic.grid.id. National Geographic. Diakses tanggal
    21 September
    2022
    .




  15. ^


    a




    b




    “Yogjakarta, Kota Yang Menyimpan Kisah Perjuangan Bangsa Indonesia”.
    beritadaerah.co.id
    . Diakses tanggal
    29 September
    2022
    .





  16. ^

    Tim Penyusun Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2017.
    Ragam Penanda Zaman: Memaknai Keberlanjutan Merawat Jejak Keberagaman. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

  17. ^

    Priyatmoko, Heri. 2019.
    Toponim Kota Yogyakarta. Djakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  18. ^

    https://www.jogjakota.go.id/pages/geografis

  19. ^


    “Yogyakarta, DIY, Indonesia”. Climate-Data.org. Diakses tanggal
    30 Agustus
    2020
    .





  20. ^


    “Normal Curah Hujan Kota Yogyakarta – ZOM 138 & 140”
    (PDF). BMKG. hlm. 58. Diakses tanggal
    thirty Agustus
    2021
    .





  21. ^


    “Yogyakarta, Indonesia”. Weatherbase. Diakses tanggal
    30 Agustus
    2020
    .





  22. ^


    “Yogyakarta, Indonesia”. WeatherAtlas. Diakses tanggal
    xxx Agustus
    2020
    .





  23. ^


    “Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan”. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal
    3 Oktober
    2019
    .





  24. ^


    “Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan”. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli
    (PDF)
    tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal
    15 Januari
    2020
    .





  25. ^


    jogjakota.go.id. “Perekonomian di Jogja”. Diakses tanggal
    2022-09-29
    .





  26. ^

    BPS, 2010.

  27. ^


    “Yogyakarta”.
    ciptakarya.pu.go.id
    . Diakses tanggal
    2022-10-06
    .





  28. ^


    “Sektor Kerjasama”.
    kartamantul.jogjaprov.go.id
    . Diakses tanggal
    2022-ten-06
    .





  29. ^


    “Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Diakses tanggal
    23 Mei
    2020
    .





  30. ^



    Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. four. ISBN 9786028449182.





  31. ^


    “Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa” – via Database Peraturan JDIH BPK RI.




  32. ^


    “Batik Yogyakarta : Makna Filosofis di Setiap Motifnya”. 2022.




  33. ^

    Sekolah Vokasi UGM: Lampah Budaya Mubeng Beteng

  34. ^

    Mengenal Mubeng Beteng Tradisi Malam i Suro Warga Yogyakarta

  35. ^


    “Information Kunjungan Wisatawan di Jogja Bikin Kaget, Ini Sebabnya”.
    harianjogja.com
    . Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  36. ^


    “DIY dan Borobudur Tujuan Utama Wisman”.
    krjogja.com
    . Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  37. ^


    “Kampung Wisata Jogja”.
    pariwisata.jogjakota.go.id. Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  38. ^


    Rusqiyati, Eka Arifa. Buchori, Ahmad, ed. “Wayang Jogja Night Funfair resmi masuk “agenda of result” nasional”.
    ANTARA News. Eka Arifa Rusqiyati. Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  39. ^


    “Selasa Wage Malioboro, Hari Terbaik Menikmati Suasana Bebas Kendaraan”.
    jogjaku.co.id
    . Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  40. ^


    Hanafi, Ristu. “Sultan HB X Resmikan Kawasan Pedestrian Malioboro”.
    detikcom
    . Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  41. ^


    (), Pribadi Wicaksono. Chairunnisa, Ninis, ed. “Yogyakarta Rampungkan Penataan Kawasan Pedestrian Jadi Magnet Wisata Baru”.
    Tempo.co
    . Diakses tanggal
    28 September
    2022
    .





  42. ^


    (Indonesia)
    Situs Resmi Pemerintah kota Yogyakarta. “Jalur bus”
    (PDF). Diarsipkan dari versi asli
    (pdf)
    tanggal 2010-09-24. Diakses tanggal
    21 Juni
    2009
    .





  43. ^


    “Trans Jogja”.
    gudeg.internet
    . Diakses tanggal
    2020-06-13
    .





  44. ^

    Data Sekolah Kota Yogyakarta

  45. ^

    Data Peserta Didik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Pranala luar

[sunting
|
sunting sumber]

  • (Indonesia)

    Situs web resmi

    Sunting ini di Wikidata



Surat Perjanjian Pembangunan Renovasi Rumah

Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Yogyakarta

Read:  Contoh Surat Izin Pembangunan Rumah

You May Also Like