Bayangkan kehidupan di sebuah tanah air yang sedang dijajah. Bayangkan begitu sulitnya untuk mendapatkan pendidikan, pengetahuan, dan kesempatan. Di tengah tekanan dan ketidakadilan itu, muncul secercah harapan, sebuah lembaga pendidikan yang diciptakan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum pribumi. Ya, lembaga pendidikan itu bernama STOVIA, sekolah yang tak hanya menebarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan semangat nasionalisme yang membara di hati para pemuda bangsa.
Image: arieslailiyah.blogspot.com
STOVIA adalah singkatan dari “School tot Opleiding van Inlandsche Artsen,” yang artinya Sekolah untuk Pendidikan Dokter Pribumi. Sekolah ini didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1851 dengan tujuan untuk melatih tenaga medis pribumi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di Hindia Belanda. Namun, di balik tujuan kolonial itu, STOVIA menjadi embrio pendidikan modern bagi kaum pribumi dan melahirkan tokoh-tokoh penting yang berperan dalam pergerakan nasional.
Masa Awal STOVIA: Sebuah Pelita di Tengah Kegelapan
Pada awalnya, STOVIA hanya memiliki 12 siswa dan dipimpin oleh seorang dokter Belanda bernama Dr. C.W.R.W. van den Bosch. Awalnya, tempat belajar STOVIA berpindah-pindah, dari sebuah rumah susun di Batavia hingga sebuah bangunan yang dikhususkan untuk pendidikan. Kemudian, pada tahun 1867, sekolah ini akhirnya menetap di sebuah bangunan baru yang megah di Jalan Salemba, Batavia.
Meskipun didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda, STOVIA menawarkan program pendidikan yang berkualitas tinggi. Para siswa mendapatkan kesempatan untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu kedokteran, seperti anatomi, fisiologi, farmakologi, dan patologi. Selain itu, mereka juga diajarkan tentang bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Prancis.
Namun, di balik fasad pendidikan yang baik, STOVIA juga sarat dengan diskriminasi. Para siswa pribumi menghadapi perlakuan yang tidak adil, seperti dibedakan dari para siswa Belanda, tidak diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia di sekolah, dan diwajibkan untuk menaati semua aturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial.
STOVIA: Nurani Bangsa yang Terbangun
Di tengah tekanan dan diskriminasi itu, para siswa STOVIA tetap teguh dalam semangat belajar mereka. Mereka gigih menuntut ilmu dan menemukan makna di balik pendidikan yang mereka terima. Lebih dari sekadar mempelajari ilmu kedokteran, mereka menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat untuk mencapai persamaan hak dan keadilan.
Salah satu tokoh yang menonjol dari STOVIA adalah dr. Wahidin Sudirohusodo, yang merupakan salah satu pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Ia mendirikan Budi Utomo bersama dengan dr. Cipto Mangunkusumo, seorang dokter lain yang merupakan lulusan STOVIA.
Di era awal abad ke-20, STOVIA menjadi barometer pergerakan nasional. Para siswa dan alumni STOVIA yang tergabung dalam Budi Utomo aktif dalam menyoal isu-isu sosial, politik, dan budaya. Mereka menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
STOVIA: Warisan Berharga bagi Bangsa
Meskipun STOVIA ditutup oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1927, sekolah ini telah meninggalkan warisan yang berharga bagi bangsa. STOVIA melahirkan para dokter pribumi yang tangguh dan profesional. Lebih dari itu, sekolah ini juga menumbuhkan semangat nasionalisme dan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa.
Warisan STOVIA terus hidup hingga saat ini. Bangunan STOVIA di Jalan Salemba telah direnovasi dan dijadikan Museum Sejarah Kedokteran. Museum ini menyimpan berbagai koleksi artefak dan dokumen yang menceritakan tentang sejarah STOVIA dan perjuangan para siswa dalam menuntut ilmu dan mencerdaskan bangsa.
Image: homecare24.id
STOVIA: Sebuah Kisah tentang Pendidikan, Perjuangan, dan Peradaban
Kisah STOVIA adalah sebuah kisah tentang pendidikan, perjuangan, dan peradaban. Sekolah ini membuktikan bahwa di tengah tekanan dan ketidakadilan, pendidikan tetaplah menjadi senjata yang ampuh untuk merubah dunia. Melalui STOVIA, generasi muda Indonesia menemukan identitas mereka sebagai bangsa dan mengukir sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Stovia Adalah Sekolah Untuk Pribumi Pada Zaman Colonial Belanda Dibidang
Pesan Terakhir:
Cerita STOVIA mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam menuntut ilmu dan mengejar cita-cita. STOVIA mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Mari kita terus berjuang mencerdaskan bangsa dan membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
Sumber:
- Museum Sejarah Kedokteran
- Sejarah Pergerakan Nasional
- Beberapa buku tentang STOVIA