Bayangkan perjuangan seorang pemuda di masa penjajahan, berambisi menjadi dokter untuk mengobati rakyatnya sendiri. Namun, jalan menuju cita-citanya terhalang oleh diskriminasi dan batasan. Bisakah seorang pribumi mendapatkan kesempatan untuk belajar ilmu kedokteran, yang di masa itu dianggap hanya untuk kaum ningrat?
Image: www.wikiwand.com
Di tengah sulitnya akses pendidikan bagi masyarakat pribumi, sebuah harapan baru muncul pada tahun 1913. Sebuah sekolah dokter khusus untuk para pemuda pribumi didirikan di Batavia (kini Jakarta), bernama Sekolah tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Berdirinya STOVIA menorehkan sejarah baru dalam dunia pendidikan kedokteran di Indonesia, membuka jalan bagi para pemuda pribumi untuk meraih cita-cita dan berkontribusi di bidang kesehatan bagi tanah airnya.
Menilik Kisah Berdirinya STOVIA
STOVIA, yang berdiri di atas lahan milik Dokter C.W. Daniels, seorang dokter Belanda yang peduli dengan nasib rakyat pribumi, merupakan buah dari idealisme Dokter Sutomo, pejuang kemerdekaan dan tokoh penting dalam Gerakan Kebangkitan Nasional.
Ide awal pendirian STOVIA muncul dalam pertemuan para pemuda pribumi di Batavia, yang merasakan kesulitan dalam mengakses pendidikan kedokteran. Mereka terinspirasi oleh keberhasilan beberapa pemuda pribumi yang berhasil menyelesaikan pendidikan kedokteran di luar negeri.
Visi pendirian STOVIA adalah menghasilkan tenaga medis berkualitas yang dapat melayani masyarakat pribumi, terutama di daerah pedesaan yang sulit dijangkau dokter Belanda. Hal ini didorong oleh keprihatinan terhadap kondisi kesehatan masyarakat pribumi yang sangat memprihatinkan.
Rintangan dan Perjuangan Menuju Kesuksesan
Perjalanan STOVIA tidaklah mulus. Dibalik semangat pengabdian, STOVIA juga menghadapi rintangan dan diskriminasi dari penjajah Belanda. STOVIA dianggap hanya sebagai sekolah cadangan, dengan kualitas yang diragukan. Para siswa STOVIA seringkali dianggap kurang cerdas dan berintelektual rendah.
Namun, para siswa STOVIA membuktikan keunggulan mereka dengan semangat belajar yang tinggi dan tekad yang bulat. Mereka sadar bahwa kesempatan ini harus diperjuangkan dengan keras. Dengan bimbingan para guru dan tenaga pengajar yang profesional, para siswa STOVIA mampu menunjukkan kemampuan mereka dan melahirkan dokter-dokter yang kompeten dan berdedikasi tinggi.
Tokoh-tokoh Legendaris dari STOVIA
STOVIA melahirkan para dokter handal, yang berdedikasi untuk mengobati dan membantu masyarakat. Beberapa tokoh penting yang lahir dari STOVIA antara lain:
-
Dr. Sutomo: Pahlawan Nasional Indonesia, dokter, dan tokoh Gerakan Kebangkitan Nasional. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam pendirian STOVIA dan berperan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
-
Dr. Cipto Mangunkusumo: Pahlawan Nasional Indonesia, dokter, dan tokoh Gerakan Kebangkitan Nasional. Ia juga berperan penting dalam pendirian STOVIA dan menjadi salah satu tokoh yang mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia.
-
Dr. Muhammad Yamin: Pahlawan Nasional Indonesia, sejarawan, sastrawan, dan ahli hukum. Ia adalah lulusan STOVIA yang kemudian menjadi tokoh penting dalam pergerakan nasional.
-
Dr. Soebandrio: Dokter dan politikus Indonesia. Ia berperan penting dalam membangun sistem kesehatan di Indonesia pasca kemerdekaan.
-
Dr. R.M. Soekardi: Dokter dan ilmuwan Indonesia. Ia banyak berkontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat dan menjadi tokoh penting dalam perjuangan melawan penyakit malaria di Indonesia.
Mereka adalah contoh nyata keberhasilan STOVIA dalam melahirkan dokter yang berkontribusi nyata dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa para lulusan STOVIA mampu bersaing dan menjadi pionir dalam membangun sistem kesehatan di Indonesia.
Image: edukasi.sindonews.com
Kibar Bendera STOVIA: Pewarisan Legasi
STOVIA akhirnya ditutup pada tahun 1950. Namun, keberadaannya terus dikenang sebagai tonggak sejarah dalam pendidikan kedokteran di Indonesia. Sumbangan STOVIA dalam melahirkan tenaga medis yang profesional dan berdedikasi tinggi patut diapresiasi.
Warisan STOVIA diteruskan melalui Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), yang didirikan pada tahun 1950. FKUI, sebagai penerus STOVIA, terus melahirkan dokter-dokter berkualitas yang melanjutkan perjuangan para pendahulunya dalam mengabdi kepada masyarakat.
School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen Atau Stovia Adalah Sekolah
Mengenang STOVIA: Sebuah Refleksi
Kisah STOVIA adalah bukti konkret bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa. Semangat juang para siswa STOVIA yang gigih membangun mimpi dan meraih cita-cita untuk memajukan bangsa sangat menginspirasi. Kisah STOVIA mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan dan kesatuan, serta semangat pantang menyerah dalam menghadapi berbagai macam rintangan.
Keberhasilan STOVIA dalam melahirkan dokter yang profesional dan berdedikasi tinggi memberikan inspirasi bagi kita untuk terus memperjuangkan akses pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua. Semoga kisah STOVIA menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berjuang membangun bangsa dan mewujudkan cita-cita luhur para pahlawan bangsa.