Rumah Yang Dibangun Pada Zaman Dahulu Banyak Menggunakan Bahan

Rumah Yang Dibangun Pada Zaman Dahulu Banyak Menggunakan Bahan

Koropak.co.id
– Rumah model kampung pada zaman dahulu memiliki ciri khas bentuk atapnya yang berada di bagian tengah rumah yaitu atap pelana dan konstruksi simetris yang terdiri dari empat hingga delapan tiang kayu.

Kemudian pada bagian tengah rumah dibangun di bagian depan dengan model atap yang lebih mendatar. Selain itu, atap bagian depannya juga disangga barisan empat tiang kayu yang terlihat lebih jelas di dinding depan.

Untuk pengisi dindingnya dibuat dari anyaman bulik bambu dan atap dari jerami serta tidak memiliki jendela sama sekali. Meskipun begitu, cahaya bisa masuk melalui pintu sorong yang digeser dan lubang-lubang kecil dari anyaman bambu.

Berandanya juga dibatasi dengan barisan kayu setinggi kira-kira 10 sentimeter. Selain rumah model kampung, ada juga rumah tradisional yang sederhana lainnya bergaya limasan dengan atap berbentuk trapesium.

Olivier Johannes Raap dalam bukunya ‘Kota Di Djawa Tempo Doeloe’ menuliskan, biasanya rumah model limasan mempunyai konstruksi dasar dengan delapan tiang kayu serta lantai yang dibuat dari tanah, dinding dari bambu dan atap dari dedaunan.

“Rumah model limasan ini juga tidak memiliki jendela, sehingga untuk ventilasi udara pada rumah tersebut melalui lubang-lubang dinding bilik bambu. Pada umumnya di belakang rumah tersebut, ada kamar tidur yang ditutup dengan dinding. Sementara untuk plafonnya dibiarkan terbuka,” tulisnya.

Olivier menambahkan, untuk perbatasan halaman depan rumah model ini dipagari dengan memakai batu besar dan pohon singkong. Sementara untuk pagar setinggi manusia menutupi halaman belakang. Alasan disebut rumah model limasan dikarenakan model rumah ini biasanya memili atap yang berbentuk limas atau piramida yang meruncing ke atas.

“Sementara itu, diketahui yang menjadi ciri khas dari rumah model limasan di Jawa Barat adalah rumahnya yang dibangun diatas lantai panggung. Selain itu, lantai juga dibangun lebih tinggi dari permukaan tanah agar senantiasa kering dari air hujan atau banjir hingga binatang pun tidak dapat masuk dengan mudah,” tambahnya.

Dalam pembangunan sebuah rumah, kayu jati merupakan bahan dasar yang bagus sekali untuk digunakan sebagai kontruksi utama. Sementara kayu jenis lainnya atau bambu sering digunakan sebagai konstruksi pengisi, seperti pengisi dinding yang dibuat dari anyaman bilik bambu.

Dari ketiga jenis rumah tradisional yakni rumah model kampung, limasan dan model joglo, diketahui model joglo dianggap yang paling mewah jika dibandingkan dengan model lainnya.

Rumah model joglo ini memiliki puncak atap yang agak curam berbentuk trapesium dan dibangun diatas empat tiang utama di pusat rumah (soko guru).

Atap pada rumah model ini di semua sisinya dilebarkan menjadi lebih landai dengan menggunakan tiang-tiang tambahan dan jumlah potongan atapnya sebanyak delapan buah.

Jika rumah lebih mewah, biasanya rumah model ini memiliki atap genting dengan penutup ujung dihiasi ornamen dari tanah liat dan dipakai gebyok atau dinding kayu berjendela.

Dibagian timur Pulau Jawa juga pada masa itu banyak rumah yang tidak dibangun dengan sisi panjang di sejajar jalan dam justru tegak lurus dengan jalan.

Bagian depan (beranda) dan bagian belakang (dapur) memiliki atap dengan orientasi tegak lurus pada atap bagian tengah.*

Kampung Kauman Yogyakarta dan Sejarah Lahirnya Muhammadiyah

Koropak.co.id, 18 Nov 2022 07:09:02

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Yogyakarta
– Kampung Kauman di Yogyakarta menjadi saksi bisu lahirnya organisasi yang didasari atas keresahan KH Ahmad Dahlan atas kemiskinan struktural umat Islam ketika itu yang kini dikenal dengan organisasi “Muhammadiyah”.

Terletak di sebelah barat alun-alun Keraton Kesultanan Yogyakarta, dan tidak jauh dari Masjid Agung, Kampung Kauman pun dikenal sebagai tempat tinggal dari komunitas masyarakat muslim yang menjadi abdi dalem keraton.

Selain itu, di kampung itu jugalah Muhammad Darwis bin KH Abubakar atau yang kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan dilahirkan pada 1868-an. Lantas, kapan berdirinya organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta itu?

Berdasarkan catatan sejarahnya, salah satu organisasi Islam terbesar di Nusantara itu berdiri pada viii Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 18 Nov 1912 di Kota Yogyakarta. Muhammadiyah juga dikenal sebagai organisasi yang bersumber pada Al-quran dan Sunnah.

Diketahui, nama organisasi “Muhammadiyah” sendiri diambil dari nama Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam, dengan maksud untuk berpengharapan baik atau bertafa’ul, dapat menyontoh serta meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.

Kelahiran dan keberadaan Organisasi Islam Muhammadiyah ini tentunya tidak bisa lepas dan juga merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan KH Ahmad Dahlan sebagai pendirinya.

Di sisi lain, organisasi Islam Muhammadiyah tersebut berdiri atas kegelisahan dan keprihatinan sosial, religius, dan moral yang terjadi dalam masyarakat kala itu. Diceritakan setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah dan bermukim yang kedua kalinya pada 1903, KH Ahmad  Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.

Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu yang tengah berada dalam keadaan yang penuh dengan amalan-amalan bersifat mistik, KH Ahmad Dahlan merasa tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur’an dan Hadist.

Baca:
Milad Ke-109 Tahun, Muhammadiyah Jadi Organisasi Pergerakan Islam

Oleh karena itulah, ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang, KH Ahmad Dahlan menyempatkan diri untuk memberikan pengertian keagamaan dirumahnya. Awalnya ajaran yang diberikan itu ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, pada akhirnya ajarannya itu mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.

Di satu sisi, profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan yang dilakukannya. Sehingga, hanya dalam waktu singkat saja, ajakannya pun menyebar hingga ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Maka untuk mengorganisir kegiatan yang dilakukannya tersebut,Persyarikatan Muhammadiyah didirikan.

Sementara itu diketahui nama Muhammadiyah sendiri pada awalnya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat KH Ahmad Dahlan, Muhammad Sangidu yang merupakan seorang Ketib Anom Keraton Yogyakarta sekaligus tokoh pembaharuan yang kemudian menjadi penghulu Keraton Yogyakarta.

Setelah melalui salat Istikharah, nama Muhammadiyah itu pun kemudian diputuskan oleh KH Ahmad Dahlan yang artinya, untuk mendirikan Muhammadiyah maka harus memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi.

Sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren, pemberian nama Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan itu pun diharapkan bisa membuat warga Muhammadiyah untuk dapat mengikuti Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam dalam segala tindakannya.

Tepat pada 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah atau eighteen November 1912 Miladiyah, sebuah organisasi bernama Muhammadiyah akhirnya berdiri di Yogyakarta. Kelahiran Muhammadiyah itu pun digambarkan melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah KH Ahmad Dahlan sebagai pendirinya.

Sebab, ia sendiri mampu memadukan Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan.

Selain itu, ada beberapa alasan dan tujuan juga dibalik berdirinya Muhammadiyah diantaranya, membersihkan agama Islam di Republic of indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam, reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modernistic, reformulasi ajaran dan pendidikan Islam, serta mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Hari Angklung Sedunia, Begini Sejarah Peringatannya

Koropak.co.id, xvi November 2022 12:08:00

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jakarta
– Google Doodle hari ini, Rabu xvi November 2022 menghadirkan Sejarah Hari Angklung Sedunia.

Ya melalui laman resminya, Google menuliskan bahwa doodle animasi hari ini hadir untuk merayakan Angklung, salah satu alat musik Indonesia yang terbuat dari bambu.

Apa alasannya? Karena di tanggal yang sama, tepatnya pada 16 Nov 2010, angklung secara resmi ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Di tanggal itu juga menjadi awal diperingatinya Hari Angklung Sedunia setiap tahunnya.

Terlepas dari hal itu, lantas bagaimana sejarah peringatan Hari Angklung Sedunia ini?

Sejarah Hari Angklung Sedunia yang diperingati setiap xvi November itu ditetapkan berdasarkan tanggal diakuinya angklung sebagai Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia asal Indonesia oleh UNESCO pada sixteen Nov 2010 lalu.

Sebagaimana dilansir situs resminya, Komite UNESCO mengadakan pertemuan Fifth Session of the Intergovernmental Commission (5.COM) yang berlangsung di Nairobi, Kenya, pada 15 s.d xix Nov 2010.

Dalam pertemuan itu, Indonesia sendiri telah mengusulkan angklung untuk masuk dalam Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan atau Representative Listing of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Baca:
Mengenal Angklung, Alat Musik Tradisional Khas Sunda yang Diakui UNESCO

Kemudian dari hasil pertemuan komite UNESCO tersebut, angklung Republic of indonesia pun dinilai telah memenuhi kriteria-kriteria, sehingga membuat alat musik tradisional itu akhirnya diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan asal Indonesia pada 16 Nov 2010.

Sementara itu, salah satu tujuan diperingatinya Hari Angklung Sedunia sendiri adalah untuk mendorong masyarakat agar lebih mengenal angklung sebagai warisan budaya asal Indonesia. Dilansir dari situs Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia, angklung dikenal sebagai alat musik dan jenis kesenian yang terbuat dari bambu yang berasal dari Jawa Barat.

Berdasarkan catatan sejarahnya, angklung Republic of indonesia sendiri sudah dikenal sejak abad ke-11. Diketahui, kata angklung diambil dari kata angka yang merupakan nada yang hilang. Oleh sebab itulah, nada-null dalam angklung itu ada empat nada atau yang disebut cumang kirang. Selanjutnya juga kata lung berarti pecah.

Alat musik khas Jawa Barat ini biasanya terbuat dari bambu hitam (awl wulung) dan bambu putih (awl temen). Tak hanya dikenal sebagai alat musik, angklung juga memiliki makna yang berasal dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan kehidupannya yang bersumber pada makanan pokok berupa padi atau dalam Bahasa Sunda di sebut pare.

Pandangan ini diketahui dilahirkan dari mitos tentang Nyi Sri Pohaji sebagai Dewi Sri pemberi kehidupan (hurip). Sementara untuk cara memainkan angklung terbilang cukup mudah yakni hanya dengan cara digoyangkan. Tangan kiri pemain akan bertugas untuk menggantung angklung, sedangkan tangan kanan pemain akan bertugas untuk membunyikan angklung.

Kendati angklung dapat dimainkan secara perorangan, namun biasanya angklung dimainkan oleh sekelompok orang yang terdiri atas puluhan sampai ratusan orang. Tak jarang juga permainan angklung tersebut mewakili Indonesia dalam berbagai pertunjukkan seni budaya, baik nasional hingga internasional.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Sejarah 15 November, Perundingan Linggarjati Ditandatangani

Koropak.co.id, 15 November 2022 15:13:28

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jakarta
– Tepat hari ini, xv Nov 1946 silam, Belanda mengakui kekuasaan Republik Indonesia di wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura dengan ditandatanganinya “Perundingan Linggarjati”.

Diketahui, Perundingan Linggarjati merupakan perjanjian politik yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda dan Indonesia yang ditandatangani pada fifteen November 1946. Dalam perjanjian itu, pihak Belanda diwakili Hubertus van Mook, dan pihak Indonesia diwakili Perdana Menteri, Sutan Sjahrir.

Selain itu, Perundingan Linggarjati dilakukan sebagai upaya diplomatik Pemerintah Republic of indonesia untuk memperjuangkan wilayah kesatuan Republik Indonesia dari cengkraman penjajah Belanda.

Setidaknya terdapat 2 alasan khusus yang melatarbelakangi terjadinya perundingan di Linggarjati, Jawa Barat. Pertama, dikarenakan keinginan Belanda untuk berkuasa kembali di tanah Indonesia, kemudian yang kedua untuk menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda yang berkepanjangan.

Berdasarkan ketentuan perjanjian itu, Pemerintah Belanda pun setuju untuk mengakui kekuasaan Indonesia atas Jawa, Sumatra dan Madura. Sehingga, Indonesia selanjutnya akan menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS), yang akan didirikan selambat-lambatnya i Januari 1949.

Kemudian juga membentuk Uni Belanda-Indonesia bersama-sama dengan Belanda, Suriname, dan Antillen Belanda, dengan Ratu Belanda yang akan menjadi kepala resmi Persatuan itu.

Lantas, apa yang sebenarnya menjadi latar belakang terjadinya Perundingan Linggarjati itu?

Diketahui, setelah sekian lama merasakan penjajahan, pada 17 Agustus 1945, akhirnya Indonesia menyatakan  kemerdekaannya. Namun sayangnya, euforia kemerdekaan yang dirasakan tersebut justru tidak bertahan lama. Hal itu dikarenakan ancaman dari pihak asing kembali muncul yaitu dari bangsa Belanda.

Pasukan Belanda yang tergabung dalam Netherlands-Indies Civiele Administration (NICA) dengan membonceng pasukan sekutu Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Indonesia dengan tujuan untuk melucuti pasukan Jepang yang telah kalah.

Namun pada akhirnya kecurigaan mulai muncul. Ternyata, di balik itu semua pihak Belanda justru ingin mencoba untuk kembali menguasai Republic of indonesia. Kecurigaan dari pemerintah dan rakyat Indonesia ini terbukti dengan adanya pertempuran yang terjadi, mulai dari pertempuran 10 November di Surabaya, Pertempuran di Ambarawa, dan yang lainnya.

Baca:
Sejarah 17 Januari, Perjanjian Renville Ditandatangani

Dikarenakan konflik berkepanjangan itulah, pihak Belanda dan Indonesia kemudian sepakat untuk melakukan kontak diplomasi pertama mereka dalam sejarah kedua negara dengan Pemerintah Inggris selaku mediator penanggung jawabnya.

Perundingan pun dilakukan. Pada 14 s.d 15 Apr 1946, Indonesia dan Belanda diajak untuk melakukan perundingan di Hoge Veluwe. Akan tetapi perundingan itu gagal dikarenakan Indonesia meminta Belanda untuk mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatra dan Madura, sementara Belanda sendiri hanya mau mengakui Republic of indonesia atas Jawa dan Madura saja.

Read:  Manual Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa Pdf

Setelah perundingan pertama gagal, Pemerintah Inggris pun mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Republic of indonesia dengan Belanda. Sehingga, perundingan dilanjutkan antara Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn pada seven Oktober 1946 di Konsulat Jenderal Inggris di Dki jakarta.

Perundingan yang dilakukan kala itu pun menghasilkan persetujuan gencatan senjata yang terjadi pada 14 Oktober 1946 dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai pada eleven November 1946.

Setelah pemilihan umum Belanda pada 1946-an, koalisi pemerintahan yang baru terbentuk memutuskan untuk mendirikan “Komisi Jenderal” yang dipimpin Wim Schermerhorn guna memulai negosiasinya dengan Indonesia yang bertujuan untuk mengatur konstitusi Hindia Belanda pada pasca-Perang Dunia Ii tanpa memerdekakan koloninya.

Dalam perundingan itu, Wim Schermerhorn beserta komisinya dan Hubertus van Mook mewakili Belanda melakukan perundingan bersama Indonesia yang diwakili oleh Soetan Sjahrir, A.Yard. Gani, Susanto Tirtoprojo, serta Mohammad Roem. Sedangkan dari Inggris diwakili oleh Lord Killearn yang bertindak sebagai mediator dalam perundingan.

Perundingan yang dilaksanakan di Linggarjati, Jawa Barat itu pun akhirnya ditandatangani pada fifteen November 1946 di Istana Merdeka, dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.

Sementara itu, untuk isi dari Perundingan Linggarjati sendiri diantaranya, Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda juga sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.

Selanjutnya, Republik Republic of indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia. Kemudian Republik Republic of indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Republic of indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Dengan adanya perjanjian Linggarjati ini, secara politis Republik Indonesia diuntungkan karena adanya pengakuan secara de facto. Perjanjian ini kemudian secara resmi ditandatangani pada 25 Maret 1947 di Istana Bijswijk (sekarang Istana Merdeka) Djakarta.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Serabi Kalibeluk, Kudapan Tradisional Berukuran Jumbo Khas Batang

Koropak.co.id, 15 November 2022 12:12:40

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jawa Tengah
– Serabi merupakan jajanan atau kudapan tradisional sejenis panekuk atau kue dadar dan menjadi favorit banyak orang di Republic of indonesia.

Si bundar dengan teksturnya yang lembut dengan rasa manis ini juga mempunyai banyak sekali varian di setiap daerah di Indonesia yang tentunya juga dengan keunikannya masing-masing.

Mulai dari surabi khas Bandung, serabi notosuman khas Solo, serab ngampin khas Ambarawa, kue ape Jakarta, lak-lak Bali, dan berbagai jenis serabi lainnya di Indonesia yang semuanya sangat lezat untuk dicicipi. Tak ketinggalan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah juga memiliki varian serabi yang dinamakan “Serabi Kalibeluk”.

Mungkin nama makanan ini boleh jadi masih asing bagi sebagian orang. Akan tetapi di Batang, serabi ini sudah sangat terkenal khususnya untuk orang-orang yang tinggal di sekitar Kecamatan Warungasem.

Lantas, apa sih sebenarnya yang membuat serabi ini berbeda dari yang lainnya?

Mungkin bisa dikatakan bahwa serabi ini cukup “eksklusif”. Hal itu dikarenakan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membuat kudapan tradisional yang satu ini. Selain itu juga, jika memang tertarik ingin membeli serabi kalibeluk ini, maka sebaiknya berkunjung ke desa yang namanya sama dengan makanan ini, yaitu Desa Kalibeluk.

Desa Kalibeluk sendiri lokasinya tak jauh dari pintu keluar tol Warungasem, dan disanalah tampak para penjual yang terus produktif sejak pagi hingga membuat aroma serabi tercium ketika melewati jalan desa. Bisa dikatakan juga jika tempat inilah yang menjadi pusat atau sentra dari serabi kalibeluk, karena memang asalnya juga dari desa tersebut.

Baca:
Kue Warisan Leluhur Surakarta Ini Bernama Serabi Notosuman

Berdasarkan cerita masyarakat setempat, konon pada zaman Mataram Islam ada seorang wanita bernama Nyai Randinem yang datang ke wilayah Kalibeluk. Nyai Randinem ini jugalah yang ternyata menjadi pelopor dari serabi berukuran besar ini. Selain itu, para pembuat serabi ini juga masih merupakan keturunannya.

Konon katanya, apabila ada orang di luar keturunan Nyai Randinem membuat serabi khas kalibeluk, maka rasanya tidak akan begitu lezat. Diketahui saat ini, orang-orang yang mewarisi keterampilan dalam membuat serabi ini juga tidak sampai sepuluh orang.

Sementara itu, untuk hal yang paling mencolok dan sangat membedakan serabi ini dengan varian serabi lainnya di Indonesia adalah ukurannya. Ya, serabi kalibeluk ini memiliki besar yang kurang lebih seperti mangkok berukuran jumbo. Oleh karena itulah, biasanya orang-orang akan membeli serabi ini untuk sarapan bersama-sama.

Setidaknya ada dua varian rasa tradisional yang disediakan oleh para pedagang serabi kalibeluk yaitu rasa manis yang mempunyai warna kuning kecoklatan dan rasa gurih dengan warna putih. Untuk varian manis, rasa manis dari serabi ini terasa benar-benar legit, tidak terlalu manis maupun tawar.

Bahkan ketika digigit, teksturnya juga akan terasa sangat lembut dan rasanya benar-benar terkesan “lumer” di mulut, mirip dengan adonan martabak hanya saja serabi ini terasa lebih padat. Sementara jika menyantap bagian bawahnya, maka tekstur renyah pun akan turut melengkapi kenikmatannya.

Perpaduan rasa manis dari gula Jawa bercampur dengan gurihnya santan kelapa membuat varian manis serabi ini terasa sangat cocok sekali untuk ditemani dengan secangkir kopi atau teh hangat di pagi hari. Varian gurihnya pun tentu tidak kalah enaknya.

Untuk varian gurih, serabinya akan benar-benar terasa gurih dengan sensasi rasa dari kelapa yang lebih dominan. Bagi yang tidak terlalu suka dengan makanan manis ataupun kue-kuean, maka pilihan serabi varian gurih ini bisa menjadi alternatif.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Mengenal Kampua, Mata Uang Kerajaan Buton yang Terbuat dari Kain Tenun

Koropak.co.id, 14 November 2022 xv:05:39

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Sulawesi Tenggara
– Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal kata tenun sebagai teknik dalam pembuatan kain dengan prinsip sederhana yang menggabungkan benang secara memanjang dan melintang secara bergantian hingga menghasilkan kain yang mempunyai corak nan indah.

Namun siapa sangka, bahwa ternyata tenun sendiri pernah dijadikan sebagai uang kertas atau alat pembayaran oleh masyarakat zaman dahulu. Diketahui, uang yang terbuat dari tenun itu pernah digunakan oleh masyarakat Kerajaan Buton.

Masyarakat Buton yang kini menjadi Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, awalnya menjadikan tenun sebagai uang yang diberi nama “Kampua”.

Kerajaan Buton atau yang dikenal juga sebagai Wolio ini merupakan sebuah kerajaan yang memiliki sistem pemerintahan dan ekonomi yang cukup maju pada zamannya. Bahkan saat itu, sistem pengendalian peredaran uangnya juga sudah memiliki lembaga moneter sendiri layaknya zaman sekarang.

Berdasarkan sejarahnya, awal mula tercetusnya penggunaan kain tenun sebagai mata uang ini muncul, dikarenakan pada saat itu sistem castling dianggap terlalu merepotkan, tidak praktis, dan sulit untuk menghitung takaran yang sebanding. Oleh karena itulah, pada akhirnya diciptakan sistem pembayaran berupa uang yang dibuat dari kain tenun.

Sementara itu, untuk ide kemunculan uang tenun tersebut muncul dari ratu pertama Kerajaan Buton, Ratu Wa Kaa Kaa. Saat itu, ia mencoba untuk memanfaatkan kainnya yang dipotong-potong sebagai alat pembayaran. Yang mana, masyarakat Buton menyisihkan sebagian hasil mata pencahariannya dan mendapatkan potongan kain sang ratu.

Namun berdasarkan cerita yang beredar, kampua sendiri pertama kalinya diciptakan oleh Ratu kedua Kerajaan Buton, Bulawambona. Uang yang terbilang unik sekaligus langka di dunia ini pun mulai digunakan sejak abad ke-14.

Uang ini dibuat dengan keterampilan tangan dengan bahannya yang merupakan kain katun berukuran panjang 140 mm dengan lebar 170 mm. Untuk cara pembuatannya juga bukan dicetak, akan tetapi ditenun.

Yang lebih uniknya lagi, si pembuat uang ini sendiri diharuskan dari kalangan kerajaan. Maka dari itulah, orang yang sering membuat uang kampua ini merupakan putri-putri istana. Mata uang kain ini juga sengaja dibuat untuk memudahkan transaksi masyarakat Buton pada saat itu.

Baca:
Hari Oeang dan Lahirnya ORI; Uang Emisi Pertama Indonesia

Dikarenakan efektif dalam penggunaannya, kampua pun terus dipakai oleh Kerajaan Buton sebagai alat transaksi sampai dengan kerajaan ini berubah menjadi kesultanan.

Di sisi lain, pihak pemerintah Bone juga sudah matang-matang untuk memikirkan agar uang ini tidak mudah untuk dipalsukan. Oleh karena itulah setiap tahunnya, motif yang ada pada uang ini selalu diganti dan memiliki detail atau ciri khas tersendiri yang tergantung dari tahun penenunannya.

Selanjutnya juga barang siapa yang berani memalsukannya, maka ia akan mendapatkan ganjaran hukuman mati. Saat ini, koleksi uang tersebut tersimpan di Museum Mpu Tantular. Situs museum itu menyebutkan jika kampua terdiri dari dua sisi dan pada umumnya memiliki motif berwarna biru dan merah.

Sementara itu, untuk sistem pengawasan uang kampua saat itu mirip seperti pengawasan bank sentral di masa modernistic. Agar peredarannya terkendali, maka jumlah dan corak uang ini ditentukan oleh “otoritas moneter” Buton, yang dipimpin Menteri Besar Kerajaan yang disebut Bonto Ogena.

Bonto Ogena inilah yang melakukan pengawasan dan pencatatan atas setiap lembar kain kampua, baik yang telah selesai ditenun maupun yang sudah dipotong-potong. Pengawasan yang dilakukan oleh Bonto Ogena juga dimaksudkan agar tidak timbulnya pemalsuan.

Sedangkan untuk standar pemotongan kain kampua juga dilakukan dengan mengukur lebar dan panjangnya, yakni empat jari untuk untuk lebarnya dan sepanjang telapak tangan mulai dari tulang pergelangan tangan sampai ke ujung jari tangan, untuk panjangnya. Namun untuk tangan yang dipakai sebagai alat ukur tak lain adalah tangan sang Bonto Ogena sendiri.

Uang kampua itu pun resmi digunakan hingga akhir abad ke-16, akan tetapi sebagian kalangan ada yang memperkirakan bahwa penggunaan uang tersebut sampai abad ke-19. Saat itu, pemimpin atau penguasa kerajaan saat itu mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas uang kampua yang beredar di masyarakat.

Biasanya, untuk nilai tukar satu bida (lembar) kampua adalah sama nilainya dengan satu butir telur ayam. Akan tetapi kemudian naik per satu bida kampua menjadi 30 butir telur ayam. Sayangnya setelah Pemerintah Kolonial Belanda memasuki wilayah Buton pada 1850-an, lambat laun fungsi kampua sebagai alat tukar mulai digantikan dengan uang-uang buatan Kompeni.

Mereka juga menetapkan bahwa nilai tukar untuk twoscore lembar kampua sama dengan 10 sen duit tembaga, atau setiap empat lembar kampua mempunyai nilai sebesar satu sen. Meskipun begitu, kampua sendiri masih tetap digunakan pada desa-desa tertentu di Kepulauan Buton hingga 1940-an.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Tentang Kue Cubit yang Legit

Koropak.co.id, fourteen November 2022 12:05:59

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Dki jakarta
– Kue cubit merupakan jajanan tradisional yang sangat populer di Jakarta khususnya di kalangan anak-anak sekolahan. Biasanya, kuliner bercita rasa manis dan enak untuk camilan dijajakan pedagang dengan mangkal di pasar, pinggir jalan, atau depan Sekolah Dasar (SD).

Kue berukuran kecil ini dengan diameter sekitar 4 centimeter ini dibuat dengan menggunakan campuran susu dan tepung terigu sebagai komponen utamanya. Dalam pembuatannya, adonan akan dimasukkan dalam cetakan baja dan dimasak dalam beberapa menit saja.

Setelah matang, bagian atas dari kue imut ini biasanya akan ditaburi sedikit meses hingga terasa manis, tampak cantik dan menggugah selera. Kepopuleran kue cubit pada masanya berhasil membawa jajanan tradisional ini naik kelas.

Dari awalnya hanya sekedar jajanan kaki lima biasa yang murah meriah, kini bermunculan outlet-outlet di mal, kafe, dan restoran yang menyajikan kue cubit dengan berbagai modifikasi rasa serta varian topping.

Kendati tidak ada informasi yang jelas mengapa kue ini dinamakan kue cubit. Namun beberapa orang meyakini bahwa nama kue cubit sendiri sebenarnya berasal dari proses pembuatannya.

Ya, dalam proses pembuatannya, adonan kue cubit akan dimasukkan ke dalam cetakan-cetakan kecil lalu dimasak. Setelah matang, pedagang kue cubit biasanya akan mencubit-cubit kue tersebut dengan menggunakan alat pencapit. Sehingga, mulai dari sinilah nama kue cubit itu berasal.

Baca:
Cerita Kipo, Kue Khas Jogja Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Di sisi lain, ada satu lagi fakta yang menarik tentang kue cubit. Konon katanya, kue cubit itu berakar dari makanan khas Belanda. Memang, pada saat pemerintah Belanda menguasai Indonesia, mereka meninggalkan beberapa tradisi dan salah satunya kuliner.

Diketahui banyak sekali kue-kue yang saat ini kita kenal ternyata merupakan kuliner asli Belanda, seperti kaasstengels, kroket, lapis legit hingga kue cubit. Tak hanya itu saja, kue cubit juga memiliki bentuk dan cara pembuatan yang sama dengan sebuah panganan favorit masyarakat Belanda yaitu poffertjes.

Secara tradisional, penyajian poffertjes akan ditambahi gula bubuk atau sesendok mentega. Kue asal Belanda ini dibuat dari ragi dan tepung soba atau tepung gandum.

Read:  Biaya Pembangunan Rumah Per Meter Persegi

Kemudian adonan kuenya juga dimasak dalam panci besi yang berbentuk cetakan bulat-bulat kecil. Di Belanda, poffertjes juga dijual oleh pedagang kaki lima di tempat ramai seperti pasar, festival, atau alun-alun.

Seiring berkembangnya zaman, kini sudah banyak pedagang kue cubit yang menciptakan inovasi baru dari kue imut yang satu ini. Saat ini, kue cubit tak hanya memiliki topping cokelat atau keju saja, melainkan sudah banyak variasi rasa lainnya mulai dari greenish tea, kitkat, nutella hingga kue cubit dengan topping marshmellow.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Muasal Singkong, Mengakar dari Barat ke Timur

Koropak.co.id, thirteen November 2022 15:02:57

Fauziah Djayasastra

Koropak.co.id
– Singkong kerap dikaitkan dengan dengan kehidupan desa di pelosok-pelosok Indonesia. Namun siapa nyana jika tenyata singkong bukanlah tanaman asli tanah air. Sejarahnya mengakar dari Amerika Selatan.

Singkong tumbuh liar di hutan-hutan. Bangsa Portugislah yang kemudian menyebarkan tanaman ini ke penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Sekira abad ke-16, singkong dibawa oleh Portugis masuk ke Indonesia melalui Maluku. Untuk menyebar hingga ke daerah lain, terutama Pulau Jawa, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun singkong tercatat mulai diperkenalkan di salah satu kabupaten di Jawa Timur pada tahun 1852.

Hingga tahun 1876, singkong kurang dikenal dan bahkan tidak terdapat di beberapa daerah di Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-besaran di daerah lainnya.

Pada masa itu, singkong pun belum banyak di konsumsi. Baru kemudian pada awal abad ke-20 singkong mulai banyak dikonsumsi. Budidayanya pun meluas, terutama rakyat memang diminta oleh penjajah untuk memperbanyak tanaman singkong mereka.

Baca:
Cerita Kipo, Kue Khas Jogja Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Meningkatnya penanaman singkong selaras dengan pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa yang kian meningkat. Oleh karenanya, kemudian muncul sebutan ‘anak singkong’; merujuk pada anak yang lahir karena suburnya orang tua, tanpa harus ikut program KB. Pun sebuah alegori untuk menunjukkan betapa mudah menanam singkong.

Selain itu, ‘anak singkong’ juga ditujukan kepada anak-anak bumiputera sebagai antonim ‘anak keju’ alias anak-anak Belanda. Atau boleh jadi, istilah tersebut ditujukan untuk anak yang tumbuh lekat dengan alam.

Kendati bernilai lebih rendah dibanding beras dan jagung, namun di beberapa daerah di Jawa Timur, singkong mampu menggantikan beras terutama ketika musim paceklik dan gagal panen tiba.

Sebab dinilai lebih rendah dibanding beras, singkong pun tidak lebih baik dari segi ekonomi untuk petani. Selain itu, kandungan proteinnya yang lebih rendah dan peningkatan konsumsi per kapitanya kerap diasumsikan sebagai tanda kemiskinan.

Kendati demikian, keberadaan singkong dan peralihan makanan pokok dari beras mewarnai dinamika pertanian pada masa kolonial.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Legenda Dewi Lanjar; Dari Penguasa Laut Utara Hingga Ratu Pesugihan

Koropak.co.id, 13 Nov 2022 07:xi:30

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jawa Tengah
– Nyi Roro Kidul. Namanya sudah begitu melekat dalam ingatan masyarakat sebagai Ratu Pantai Selatan. Selain itu, legenda tentang Nyi Roro Kidul sebagai penguasa yang memegang seluruh garis pantai selatan di pulau Jawa ini pun banyak dipercaya masyarakat.

Jika di pantai selatan dijaga oleh Nyi Roro Kidul, lalu bagaimana dengan pantai utara Jawa? Adakah sosok penjaga atau penguasa dari pantai utara Jawa itu? Ya, sang penguasa itu bernama Dewi Lanjar “Ratu Laut Utara”.

Diketahui, legenda tentang sang penguasa laut utara ini juga ternyata sudah sangat melekat dalam kehidupan budaya masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah. Bahkan, berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar, apabila ada anak yang hilang di pantai utara, maka kemungkinan anak itu dibawa oleh Dewi Lanjar.

Dewi Lanjar memiliki nama asli Dewi Rara Kuning. Dalam bahasa Jawa, Lanjar sendiri mempunyai arti sebagai perempuan yang sudah bercerai dan belum punya anak. Konon, diceritakan bahwa Dewi Lanjar memiliki keraton gaib yang ada di Pantai Slamanan, Pekalongan. Penamaan itu sendiri berkaitan dengan kisah hidupnya yang sempat mengalami masa-masa berat.

Muhammad Sholikhin dalam bukunya “Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa” menuliskan bahwa Rara Kuning merupakan seorang putri yang cantik jelita dan sempat menikah. Namun sayangnya pernikahannya yang masih seumur jagung harus berakhir setelah suaminya meninggal dunia.

Konon saat ditinggal suaminya, usia Dewi Rara Kuning juga masih tergolong muda. Oleh karena itulah, Dewi Rara Kuning pun mendapat julukan “Lanjar” hingga semakin hari namanya pun semakin dikenal sebagai Dewi Lanjar.

Pasca kejadian itu, nama suaminya itu selalu terlintas dalam benak pikirannya. Bahkan setiap saat, ia selalu teringat hingga membuatnya merasa beban hidup yang dihadapinya sangatlah berat. Julukan dan luka setelah kepergian suaminya itulah yang membuat sang putri pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya.

Dewi Lanjar pun melakukan perjalanan, hingga sampailah ia di sekitar Kali Opak. Di sana, Dewi Lanjar bertemu dengan Raja Mataram Panembahan Senopati bersama Mahapatih Singaranu. Saat itu, keduanya tengah bertapa dengan mengapung di atas sungai.

Di hadapan sang penguasa Mataram, Dewi Lanjar pun mengutarakan kesedihannya hingga bertekad untuk tidak menikah lagi. Merasa tersentuh, Panembahan Senopati dan Mahapatih Singaranu akhirnya menyarankan Dewi Lanjar untuk bertapa di Pantai Selatan.

Bukan tanpa tujuan, pemilihan lokasi pertapaan itu sendiri bertujuan untuk menghadap sang Penguasa Laut Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Setelah mendapat wangsit dari Raja Mataram, Dewi Lanjar kemudian menjalankan pertapaannya di pantai selatan.

Baca:
Legenda Badarawuhi; Mengapa Ular Selalu Menjadi Siluman?

Dalam moksanya, ia meminta untuk menjadi pasukan Ratu Kidul. Sang Penguasa Laut Selatan itu pun menyetujuinya. Selanjutnya dalam satu waktu, Ratu Kidul memerintahkan Dewi Lanjar bersama pasukan jinnya untuk menghalau Raden Bahu yang akan membuka hutan di Gambiren.

Akan tetapi upaya yang dilakukan Dewi Lanjar dan pasukan jinnya berbuah pahit. Raden Bahu sama sekali tidak tergoda dengan bujuk rayu sang putri. Artinya hal itu pun menjadi kegagalan bagi Dewi Lanjar dan pasukannya. Dewi Lanjar kemudian memutuskan untuk tidak kembali ke pantai selatan.

Ia juga meminta Raden Bahu agar bisa bertempat tinggal di Pekalongan. Baik Raden Bahu maupun Ratu Kidul pun menyetujuinya. Dikarenakan Dewi Lanjar sudah moksa, artinya jiwanya sudah menyatu dengan alam. Maka dirinya sudah bukan manusia biasa lagi.

Sehingga, sejak saat itulah Dewi Lanjar mulai menjadi penjaga pantai utara dengan wilayah kekuasannya yang tak hanya sebatas Pekalongan saja, namun dari pesisir Cirebon sampai ke Rembang. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa ia berkuasa pada seluruh pantai utara Jawa, mulai dari Cirebon hingga Banyuwangi.

Versi lain menyebutkan bahwa Dewi Lanjar sebenarnya adalah Rantam Sari yang merupakan istri Raden Bahu. Maka, jika ditarik garis keturunan, ia adalah Nawangsih, adik dari Nawangwulan yang juga Ratu Kidul di pantai selatan Jawa.

Di sisi lain, bagi masyarakat Pekalongan, kisah legenda tentang Dewi Lanjar menjadi warisan budaya yang terus dijaga kelestariannya. Selain itu juga, Dewi Lanjar dipercaya sebagai sosok dengan kekuatan untuk menjaga kehidupan mikrokosmos dan makrokosmos.

Tak hanya itu saja, sosok Dewi Lanjar juga diyakini memiliki sejarah panjang. Dilansir dari situs Warisan Budaya Kemdikbud, dalam kepercayaan masyarakat Islam, Dewi Lanjar bahkan mendapat gelar Hajjah. Keberadaan Dewi Lanjar dipercaya mendatangkan berkah. sehingga tidak sedikit masyarakat yang datang ke pantai utara untuk ngalap berkah.

Bukan hanya ngalap berkah saja, masyarakat pun percaya akan kekuatan Dewi Lanjar dalam memberikan pesugihan. Tidak sedikit juga yang membuat perjanjian dan menyerahkan tumbal guna mendapat kekayaan, kepopuleran, dan apapun permintaannya.

Namun sayangnya, upaya ini diyakini hanya berlaku bagi masyarakat di luar Pekalongan. Sebab, kebanyakan penduduk setempat masih memiliki garis keluarga dengan Dewi Lanjar. Sementara itu, disebutkan bahwa istana Dewi Lanjar sangatlah megah dengan bangunan yang terpisah.

Masing-masing bangunannya itu terhubung dengan jembatan dari manusia yang diikat. Konon, manusia-manusia tersebut adalah mereka yang mengikat janji pesugihan dengan Sang Penguasa Pantai Utara.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

12 Nov 1945, Jenderal Soedirman Terpilih Jadi Panglima Tentara

Koropak.co.id, 12 November 2022 12:10:59

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Dki jakarta
– Tanggal 12 November 1945 menjadi hari bersejarah bagi salah satu pahlawan Nasional, yakni Jenderal Soedirman. Pasalnya di tanggal itu, Jenderal Soedirman terpilih sebagai Panglima Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melalui sebuah pemungutan suara atau voting.

Di tanggal itu juga atau kurang lebih dua bulan setelah kemerdekaan Republic of indonesia, para pemuda komandan divisi dan resimen Tentara Keamanan Rakyat (TKR) se-Jawa dan Sumatera kala itu berkumpul di daerah Gondokusuman, Yogyakarta dan menggelar rapat untuk memutuskan siapa yang pantas dalam memegang tampuk kepemimpinan tertinggi angkatan perang Indonesia.

Saat itu, kongres tersebut dipimpin oleh Kepala Staf Umum TKR, Oerip Soemoharjo. Namun sayangnya perundingan tidak berjalan mulus dikarenakan anggota rapat saling berebutan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing. Dikarenakan menemui jalan buntu, maka pemilihan panglima pun pada akhirnya dilakukan melalui voting atau pemungutan suara.

Tercatat, sejumlah tokoh pun dicalonkan sebagai panglima kala itu diantaranya Sri Sultan Hamengkubuwono 9 yang tidak punya pengalaman militer sama sekali, mantan pelaut yang pernah bekerja di Angkatan Laut Jepang, Nasir, Wijoyo Suryokusumo, GPH Purwonegoro, Kepala TKR Laut, Laksamana M Pardi, Suryadi Suryadarma, Komandan Resimen TKR Banyumas, Soedirman, dan juga Oerip Soemoharjo.

Berdasarkan hasil pemilihan sebelumnya, diketahui hanya tersisa dua nama saja yang melaju ke putaran ketiga, yakni Soedirman dan Oerip Soemoharjo. Akan tetapi pada akhirnya Soedirman berhasil unggul dengan 23 suara, dan mengalahkan Oerip Soemoharjo yang hanya meraih 21 suara.

Baca:
27 Juni 1947; Semula Guru, Jenderal Soedirman Jadi Panglima Besar

Ulf Sundhaussen dalam bukunya “The Road to Ability: Indonesian Armed services Politics” menuliskan, pada awalnya Oerip sendiri berharap dirinya yang menang dalam pemilihan itu, dikarenakan ia lebih tua dari Soedirman yang kala itu masih berusia 33 tahun.

Namun dikarenakan latar belakang militernya sebagai seorang bekas opsir Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) membuatnya dicurigai oleh banyak perwira TKR yang lebih muda.

Sementara itu di sisi lain, kesuksesan Soedirman sendiri dalam memimpin pasukan Indonesia pada pertempuran Ambarawa yang dapat memukul mundur Inggris semakin mengukuhkan keunggulannya.

Meskipun resmi terpilih sebagai Panglima TKR, Soedirman tidak langsung diangkat sebagai Panglima dan dia baru diangkat sebagai Panglima Besar TKR pada 18 Desember 1945. Sedang Oerip Soemoharjo diangkat menjadi Kepala Staf atau jabatan yang satu tingkat lebih rendah dari Panglima.

Di sisi lain, Soedirman berhasil terpilih menjadi Panglima TKR bukan dikarenakan pendidikan yang ditempuhnya di akademi militer, akan tetapi dikarenakan kecakapan dan keberaniannya yang luar biasa. Pasalnya, dengan badannya yang kurus dan perawakan lemah, semangat dan jiwa Soedirman melampaui penampilannya itu.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Menguak Sejarah Hari Kesehatan Nasional

Koropak.co.id, 12 November 2022 07:09:thirteen

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jakarta
– Tanggal 12 Nov setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN). Untuk peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-58 Tahun 2022 kali ini akan mengangkat tema “Bangkit Indonesiaku, Sehat Negeriku.”

Diketahui, tujuan diangkatnya tema tersebut adalah untuk membangkitkan semangat dan optimisme seluruh masyarakat Indonesia agar bisa terlepas dari pandemi Covid-nineteen.

Selain itu, Hari Kesehatan Nasional 2022 ini juga diharapkan bisa menjadi momentum untuk mewujudkan sistem kesehatan nasional yang lebih kuat dan juga mampu menghadapi goncangan seperti pandemi Covid-19 yang baru saja dialami.

Melalui peringatan Hari Kesehatan Nasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan apresiasinya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan di berbagai sektor. Sehingga seluruh komponen masyarakat pun dapat kembali produktif dan sehat.

Lalu, bagaimana sejarah diperingatinya Hari Kesehatan Nasional (HKN) ini?

Berdasarkan sejarahnya, Hari Kesehatan Nasional pertama kalinya diperingati pada 12 November 1964-an sebagai bentuk mengingat keberhasilan pemberantasan malaria.

Awalnya, pencetusan Hari Kesehatan Nasional sendiri bermula pada 1950-an. Saat itu, masyarakat Republic of indonesia banyak yang menderita penyakit malaria. Akibatnya, ratusan ribu jiwa terenggut akibat malaria. Oleh karena itulah, pemerintah pun berupaya untuk melakukan pemberantasan malaria di seluruh penjuru Tanah Air.

Guna mencapai keberhasilannya, pada 1959-an, pemerintah resmi membentuk Dinas Pembasmian Malaria yang pada Januari 1963-an berubah nama menjadi Komando Operasi Pemberantasan Malaria (KOPEM).

Pembasmian malaria pun dilakukan dengan menggunakan insektisida Dichloro Diphenyl Trichloroethane (Dichloro-diphenyl-trichloroethane) yang disemprotkan secara massal ke rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali, dan Lampung. Saat itu, penyemprotan secara simbolis dilakukan oleh Presiden Soekarno di Desa Kalasan, Yogyakarta pada 12 Nov 1959-an.

Baca:
Perjalanan Peringatan Hari Kesehatan Internasional

Selanjutnya, kegiatan penyemprotan Ddt juga dibarengi dengan kegiatan pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada masyarakat. Tercatat, lima tahun kemudian, lebih kurang 63 juta penduduk sudah mendapatkan perlindungan dari penyakit malaria.

Read:  Biaya Membangun Rumah Ukuran 10x25 Lantai 2

Oleh karena itulah, pada 12 November 1964 yang menjadi momen keberhasilan pemberantasan malaria diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) pertama. Hal ini jugalah yang menjadi titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Sementara itu, dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-58 Tahun 2022, tak hanya tema, pemerintah juga telah merilis logo HKN ke-58 tahun 2022 dengan visulaisasi logonya yang memiliki bentuk dasar terinspirasi dari bentuk kupu-kupu.

Sedangkan untuk sayap kupu-kupu dalam logo tersebut membentuk angka 58 yang menandakan peringatan Hari Kesehatan Nasional pada tahun 2022. Kupu-kupu sendiri dipilih sebagai logo HKN ke-58 karena memiliki makna filosofis tumbuh dan berkembang melalui proses metamorfosis yang berarti transformasi atau perubahan bentuk.

Layaknya seperti logo tersebut yang menandakan tranformasi kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Kemudian untuk lingkaran pada bagian kepala menyimbolkan matahari sebagai perwujudan semangat, kekuatan, dan tekad yang maksimal.

Sementara untuk dua sayapnya mengambarkan keseimbangan, hal itu mengingat derajat kesehatan masyarakat akan terwujud apabila seluruh komponen turut berperan aktif dalam upaya kesehatan.

Selanjutnya untuk warna hijau mengambarkan ketenangan kesehatan mental yang segera berjalan, warna hijau muda menggambarkan keramahan, hangat, semangat dalam melayani serta warna oranye yang menggambarkan semangat, pulih, dan bangkit.

Dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional 2022 kali ini juga akan diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari pameran, minum jamu gratis, pelayanan kesehatan gratuitous, senam, talkshow dan seminar kesehatan. Untuk acara peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-58 tahun 2022 itu juga akan dibuka secara resmi oleh Menteri Kesehatan.

Tak hanya itu saja, acara HKN ke-58 juga akan dimeriahkan oleh sekitar 496 booth inovasi dan teknologi kesehatan karya anak bangsa dan acara peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-58 tahun 2022 ini sendiri sudah dimulai sejak three Nov 2022 lalu.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Mengenal GANEFO dan Politik Hurl Karno

Koropak.co.id, 10 November 2022 15:11:36

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Djakarta
– Komite Olimpiade Internasional atau International Olympic Commission (IOC) memandang bahwa olahraga haruslah terlepas dari kepentingan politik. Namun pandangan itu berbeda dengan Presiden Soekarno yang menganggap bahwa olahraga bisa menjadi sarana persatuan sebuah bangsa.

Pandangan itu jugalah yang membuat Presiden Soekarno menegaskan bahwa event olahraga haruslah terkait dengan proyek-proyek kebangsaan. Selain itu, olahraga juga bisa menjadi wadah bagi setiap bangsa untuk menyalurkan aspirasi politiknya.

Diketahui, sikap tersebut sudah ditunjukannya sejak penyelenggaraan Asian Games ke-4 yang berlangsung sejak Agustus s.d September 1962 di Dki jakarta. Kala itu, hampir seluruh negara di benua Asia diundang sebagai peserta, kecuali State of israel dan Taiwan yang menurut panitia memiliki masalah terkait visa.

Namun analis politik menyatakan bahwa motif sebenarnya berkaitan dengan status Israel yang dinilai sebagai negara penjajah bangsa Palestina. Kemudian untuk Taiwan, tidak mempunyai hubungan diplomatik resmi dengan Pemerintah Indonesia karena dianggap sebagai bagian dari Republik Rakyat Cina (RRC).

Hal inilah yang pada akhirnya membuat panita penyelenggara Asian Games IV harus berurusan dengan Asian Games Federation (AGF) dan International Olympic Committee (IOC). Bahkan, IOC juga menangguhkan keanggotaan Indonesia, hingga Indonesia diskors untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas di Tokyo pada 1964.

Tentunya ini menjadi kali pertamanya IOC menangguhkan keanggotaan suatu negara. Meskipun begitu hal tersebut ternyata tak membuat Presiden Soekarno gentar. Bung Karno sapaan akrabnya sangat marah terhadap keputusan IOC dan kedongkolannya kala itu khususnya tertuju kepada presiden IOC asal Amerika Serikat (Every bit), Avery Brundage.

Saat itu, Bung Karno pun menegaskan kembali konsepsi yang dibuatnya pada 1961-an tentang dunia yang terbagi antara Oldefo, kekuatan lama dunia yang sudah mapan dan bersifat imperialis-kolonialis dan Nefo, kelompok negara-negara progresif dan mewakili kekuatan baru di tengah bipolarisasi blok barat dan blok timur.

Bung Karno mengkategorikan negara-negara barat dalam Oldefo. Sementara negara-negara Nefo tumbuh di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Negara-negara tersebut berusaha bebas dari neo-kolonialisme dan neo-imperialisme Oldefo, sembari berupaya dalam membangun tatanan dunia baru tanpa eksploitasi antar manusia.

Dalam kesempatan itu, Bung Karno juga turut menegaskan bahwa Indonesia menyatakan keluar dari IOC. Sebab, Indonesia sendiri menganggap organisasi tersebut sebagai perpanjangan tangan dari kepentingan neo-kolonialisme dan imperialisme.

Kemudian pada 13 Februari 1963, Soekarno menyampaikan pidato khusus tentang pengumuman penyelenggaraan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dengan zilch tegas di hadapan ribuan rakyat Indonesia. GANEFO itu juga diikuti oleh negara-negara baru sesuai istilah Nefo ciptaan Soekarno.

Dengan mengambil semboyan “Onward! No Retreat” atau “Maju Terus Pantang Mundur”, GANEFO pun secara resmi berlangsung pada 10 due south.d 22 November 1963. Tercatat, kejuaraan olahraga ala negara-negara anti imperialis ini diikuti sebanyak  2.200 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.

Baca:
9 September 1948, PON Pertama Setelah Gagal Ikut Olimpiade

Dikarenakan besarnya jumlah kepesertaan dan cabang olahraga yang dipertandingkan, maka sudah sepantasnya “GANEFO” ini disebut sebagai olimpiade tandingan.

Setelah melalui persiapan dan perjuangan yang berat, GANEFO akhirnya berhasil dilaksanakan di Jakarta. Dalam olimpiade itu, prestasi Indonesia juga cukup membanggakan. Indonesia berhasil menempati posisi ketiga dengan perolehan 21 emas, 25 perak, dan 35 perunggu setelah Tiongkok dan Uni Soviet.

Berbeda dengan olimpiade internasional yang didasari pada kompetisi murni untuk mencari juara, GANEFO sendiri justru dibasiskan pada olahraga untuk memperkuat persaudaraan dan solidaritas. Sebelum GANEFO dibuka, Bung Karno mengundang kontingen Republic of indonesia ke Istana Negara.

Di sanalah, Bung Karno kemudian menegaskan bahwa tugas atlet Republic of indonesia bukan hanya untuk menunjukkan kemampuan mereka di bidang olahraga, akan tetapi juga untuk membina persahabatan dengan atlet atau peserta dari negara lain.

Di sisi lain, penyelenggaraan GANEFO I ini memang didasarkan pada semangat Konferensi Asia-Afrika di Bandung dan idealisme olimpiade yang sejati bertujuan untuk mempromosikan kemandirian perkembangan kebudayaan berolahraga di seluruh negara-negara Nefos, menstimulasi hubungan baik di antara pemuda-pemudi Nefos, serta mempromosikan jembatan persahabatan dan perdamaian dunia.

Di satu sisi, IOC sendiri mengumumkan bahwa mereka tidak mengakui GANEFO dan akan mempertimbangkan kembali hak untuk mengikuti Olimpiade Tokyo 1964 bagi para atlet-atlet yang berpartisipasi dalam GANEFO. Pernyataan itu sama sekali membuat Indonesia tak bergeming dan tetap melayangkan undangan ke negara-negara berkembang.

Kendati dilanda kebimbangan, namun pada akhirnya mereka tetap menyambut uluran tangan Soekarno. Ada satu hal menarik dari penyelenggaraan GANEFO ini, yaitu biaya yang dikeluarkan Indonesia untuk penyelenggaraan effect olahraga ini yang cukup minim.

Hal itu dikarenakan Soekarno sendiri mendanainya lewat bantuan ten,v juta U.s. Dollar dari Uni Soviet. Sementara Tiongkok menyumbangkan 18 juta U.s. Dollar untuk transportasi semua delegasi GANEFO sebagai bentuk dukungan. Selain itu, tak disangka juga GANEFO memiliki efek yang dahsyat untuk Indonesia di panggung politik global.

Tercatat sejak awal 1960-an, Soekarno membuat pusing negara-negara barat dikarenakan sikap politiknya yang radikal dan membahayakan kepentingan mereka. Kelahiran GANEFO s makin melambungkan nama Soekarno dan Indonesia.

Dunia internasional sampai dibuat menyaksikan bahwa ada negara baru yang belum dua dekade merdeka, namun berani keluar dari IOC dan membuat olimpiade tandingan. Soekarno juga ditasbihkan sebagai pendiri GANEFO karena dia juga yang mencanangkan GANEFO dengan tujuan menghimpun suara negara-negara Nefos dalam sebuah organisasi resmi.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Sejarah Hari Pahlawan dan Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Koropak.co.id, 10 November 2022 07:ten:36

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Dki jakarta
– Tanggal 10 Nov diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peringatan Hari Pahlawan sendiri tentunya bertujuan untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajah.

Di sisi lain sejarah Peringatan Hari Pahlawan juga sangat erat kaitannya dengan peristiwa pertempuran ten November 1945 yang terjadi di Kota Surabaya pasca kemerdekaan atau yang dikenal juga dengan nama “Pertempuran Surabaya”.

Pertempuran 10 November 1945 itu berawal dari kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (A.W.S) Mallaby yang mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945.

Saat itu, mereka mendapatkan tugas dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) untuk melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan para tawanan perang. Di sisi lain, pihak Netherlands Indies Civil Administration (NICA) juga ternyata ikut membonceng dan tiba di Surabaya.

Awalnya, kedatangan tentara Inggris ini disambut baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Bahkan, pertemuan antara wakil-wakil pemerintah Indonesia dengan Brigjen A.W.Southward Mallaby menghasilkan sejumlah kesepakatan.

Diketahui kesepakatan yang dihasilkan itu diantaranya, Inggris berjanji bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat Angkatan Perang belanda, Kedua belah pihak setuju untuk saling menjaga keamanan dan ketenteraman, Kontak Biro akan dibentuk untuk menjamin bahwa kerja sama dapat dilaksanakan dengan baik, dan Inggris hanya akan melucuti senjata tentara Jepang.

Namun sayangnya, hasil kesepakatan itu justru diingkari pihak Inggris. Satu peleton dari Field Security Section di bawah komando Kapten Shaw menyerbu penjara Kalisosok untuk membebaskan tahanan Belanda pada 26 due south.d 27 Oktober 1945.

Bahkan mereka juga menduduki Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Bank Internatio, dan lainnya. Hal itulah yang lantas memicu amarah rakyat Surabaya hingga menyerang pos-pos sekutu.

Pada 27 Oktober 1945, kontak senjata pertama terjadi antara pemuda Surabaya dan tentara Inggris. Kemudian setelahnya, pertempuran semakin meluas hingga menjadi serangan umum terhadap kedudukan Inggris di seluruh kota Surabaya selama dua hari.

Pada 29 Oktober 1945, gencatan senjata pun dilakukan oleh pihak Indonesia dan tentara Inggris hingga membuat keadaan berangsur membaik. Meski gencatan senjata sudah ditandatangani, di Kota Surabaya masih saja terjadi bentrokan bersenjata yang dilakukan rakyat Indonesia dengan tentara Inggris.

Puncaknya, pada 30 Oktober 1945, Brigadir A.W.South Mallaby gugur dalam bentrokan bersenjata itu. Kematian Brigadir A.W.S Mallaby itu pun menyebabkan pihak Inggris murka hingga membuat keputusan tentang pengganti Mallaby.

Baca:
Hari Pahlawan; Peran Santri dan Ulama untuk Negara

Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh pun ditunjuk sebagai pengganti Brigadir A.Westward.Due south Mallaby. Sebagai pengganti, ia langsung mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945.

Dalam ultimatum itu, Inggris meminta pihak Republic of indonesia untuk menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dan administrasi Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Selain meminta pihak Indonesia berhenti melawan NICA dan AFNEI, Inggris juga kala itu mengancam akan menggempur Kota Surabaya mulai dari darat, laut, dan udara jika orang-orang Republic of indonesia tidak menuruti perintah Inggris.

Tak berhenti sampai disana, Inggris juga turut mengeluarkan instruksi agar semua pimpinan bangsa Republic of indonesia dan para pemuda di Surabaya harus datang selambat-lambatnya pada 10 November 1945 pukul 06.00 pagi di tempat yang telah ditentukan.

Meskipun begitu, ultimatum dari pihak Inggris tersebut sama sekali tidak ditaati oleh rakyat Indonesia di Surabaya. Oleh karena itulah pertempuran besar di Kota Surabaya akhirnya terjadi pada 10 November 1945.

Pertempuran hebat yang melibatkan Republic of indonesia melawan Inggris di Kota Pahlawan itu terjadi selama kurang lebih iii minggu lamanya hingga mendapat julukan “Neraka”. Pertempuran hebat itu juga turut memakan korban dan menyebabkan kerugian yang tak kalah hebatnya.

Tercatat, setidaknya ada 20.000 orang rakyat Surabaya menjadi korban dan harus kehilangan nyawa. bahkan sebagian besar dari korban meninggal dunia dalam pertempuran itu adalah warga sipil. Diperkirakan juga setidaknya 150.000 orang terpaksa meninggalkan Kota Surabaya akibat perang tersebut.

Sementara itu, ada sekitar one.600 orang prajurit Inggris tewas, hilang, dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur akibat Pertempuran Surabaya. Perang hebat yang di mana ribuan rakyat Republic of indonesia rela mati demi membela negara di Kota Surabaya, membuat Inggris serasa terpanggang di dalam “Neraka” kala berperang melawan Indonesia.

Perjuangan rakyat Republic of indonesia, bersama para pahlawan yang tak kenal lelah dalam membela negara sampai rela berkorban nyawa di Kota Surabaya itulah yang menjadi latar belakang dari peringatan Hari Pahlawan. Di sisi lain, perang hebat di Surabaya antara Inggris dan Indonesia itu juga membuat Kota Surabaya dikenang sebagai Kota Pahlawan.

Seiring berjalannya waktu, pada xvi Desember 1959, Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 memutuskan setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan sebagai bentuk penghargaan atas jasa dari para pahlawan yang gugur kala memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Rumah Yang Dibangun Pada Zaman Dahulu Banyak Menggunakan Bahan

Source: https://koropak.co.id/17210/mengintip-model-rumah-tempo-dulu

You May Also Like