Kredit Bangun Rumah Dengan Toko Bangunan

Kredit Bangun Rumah Dengan Toko Bangunan

Saya mendapat email dari pembaca yang menanyakan tentang kredit bangun rumah. Pertanyaan beliau bagus sekali sehingga saya jawab dengan postingan ini. Sekalian saya sharing pengalaman membangun rumah sendiri dengan kredit bangun rumah (untuk selanjutnya saya singkat KBR). Siapa tahu ada pembaca lain yang juga butuh info soal ini.^_^

Oke, supaya teman-teman paham dengan cerita yang akan saya bagikan, flashback dulu ya.

Rumah pertama saya merupakan rumah yang dibangun sendiri. Waktu itu saya dan suami membeli tanah kemudian membangun rumah sendiri. Pengalaman membangun rumah pernah saya bagikan di blog ini tahun 2015 yang lalu. Silakan dibaca jika butuh dengan info tersebut.

Sayangnya tahun 2017 rumah tersebut sudah saya jual. Ceritanya bisa dibaca di sana dan di sini.

Saat membangun rumah sendiri, awalnya saya dan suami tidak berniat meminjam uang dari banking concern. Ternyata di tengah jalan, kami kehabisan dana.😭 Bener-bener nggak ada uang untuk melanjutkan pembangunan rumah. Mau nggak mau kami harus mengajukan kredit ke depository financial institution.

Kredit yang kami ajukan hanya untuk pembangunan rumah atau Kredit Bangun Rumah (KBR). Kredit ini berbeda dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Bedanya apa?

Banyak sekali perbedaannya. Namun saya akan cerita pengalaman yang saya alami. Semoga teman-teman tahu ya di mana perbedaannya.

Saat mengajukan KBR, kami mencari info sebanyak-banyaknya, telepon ke berbagai banking company, tanya ini-itu ke bank, dan akhirnya saya dan suami mengajukan KBR ke BTN Syariah Cabang Pasar Minggu, Djakarta Selatan. Meskipun rumah kami di Depok tapi pengajuan KBR di Jakarta tidak ada masalah.

Bisa juga teman-teman mengajukan KBR ke beberapa bank sekaligus untuk mendapatkan penawaran terbaik dari segi waktu, bunga yang rendah, atau tenor yang panjang.

Read:  Membangun Rumah Di Tanah Girik

Sebelum banking company menyetujui dana yang kami ajukan, tentu saja rumah kami disurvei oleh accountant dari pihak bank.


Apakah benar rumah kami sudah ada bangunannya?

Nah, untuk pengajuan KBR berbeda dengan KPR. Sebagian besar bank mensyaratkan adanya bentuk fisik bangunan terlebih dulu minimal bata udah naik. Jadi kelihatan bakal dinding rumah kita.

Sebenarnya ada sih KBR yang bisa menerima kredit jika hanya berupa tanah kosong. Tapi biasanya KBR tersebut berat persyaratannya. Saat itu, kami mendapat info dari pihak marketing bank.

Syarat KBR jika berupa tanah kosong antara lain:

one. Tanah tersebut harus berupa tanah kavling di dalam komplek. Berhubung rumah kami di kampung jadi tidak memenuhi syarat ini.

2. Jangka waktu kredit hanya 5 tahun. Wah, tentu saja kami berat dengan hal ini karena kondisi keuangan mepet, hehe. Semakin pendek jangka kredit maka angsuran semakin besar. Betul, kan?

Berhubung waktu itu rumah kami sudah naik bata, jadi pihak depository financial institution menyetujui ajuan kredit yang kami tawarkan. Uniknya, pinjaman kami berupa KBR tapi proses pelunasannya seperti KPR.

Artinya, plafon dana yang diberikan banking company bertahap karena ini KBR. Tapi jangka waktu pelunasannya lebih dari five tahun seperti KPR. Waktu itu saya dan suami memilih pelunasan 10 tahun. Alhamdulillah di tahun ke-3 kami bisa melunasi utang banking company dan mengurus roya.

Yup, jika ajuan KBR sudah disetujui pihak bank, bukan berarti bank memberikan dana langsung tunai sesuai jumlah yang kita ajukan. NO NO. Plafon dana yang diberikan bank diberikan bertahap. Misal xx% dulu, lalu 50%, dst.

Jadi kita harus pintar mengelola uang dari banking concern untuk membangun rumah. Uang dari bank harus benar-benar diatur dengan baik.

Read:  Dua Sumur Bor Dalam Satu Bangunan Rumah Sakit

Karena apa?

Untuk mendapatkan dana selanjutnya, pihak banking concern mensyaratkan progres pembangunan rumah melalui foto. Misalnya, untuk mendapatkan dana 20%, pihak bank mensyaratkan dinding harus diaci. Syarat ini harus kita penuhi, kalau enggak dana nggak bakal cair. Serius! Aturan bank ketat, euy!

Makanya teman-teman perlu menyiapkan dana darurat jika progres atau RAB meleset dari yang ditargetkan bank.

Pengalaman saya, tentu saja progres pembagunan rumah pernah tidak sesuai dengan permintaan banking company. Misalnya ada kendala di kenaikan harga bahan bangunan atau tukang ngambek jadi jumlah tukang berkurang. Hal ini tentu saja memperlambat proses pembagunan.

Solusinya, kami terpaksa meminjam uang cash dari saudara. Kami ceritakan permasalahana apa adanya dan kami juga minta batas waktu pelunasan agak longgar. Alhamdulillah, kami bisa melunasinya dengan cepat setelah rumah selesai.

Selain itu, saya dan suami membayar bahan bangunan ke toko cloth dengan cara dicicil karena kami sudah dipercaya sebagai pelanggan yang loyal.

Fokus kami saat itu hanya kejar target agar depository financial institution mau mencairkan dana.😊

Oia, saya mau cerita
pengajuan KBR supaya diterima oleh bank. Pengajuan KBR selain mensyaratkan ada bentuk fisik terlebih dulu, sebaiknya perhatikan hal-hal ini ya:

1. Sertifikat tanah

Sertifikat tanah sudah SHM dan atas nama pribadi terutama orang yang mengajukan KBR.

2. RAB (Rencana Anggaran dan Biaya)

Buatlah RAB bangunan rumah kita sedetail mungkin. Besarnya biaya sebaiknya di-mark up sedikit dan terlihat rasional. Misal, untuk rumah tipe 36 butuh RAB sekitar 500 juta ya kurang rasional.

Kenapa harus di-marker upward?

Karena bank tidak akan memberikan dana 100% sesuai ajuan KBR kita. Biasanya banking concern memberikan sekitar 80% saja.

Read:  Penyelewengan Pembangunan Rumah Budaya Cibiru

Misalnya, teman-teman butuh dana sekitar 200 juta maka RAB nya dinaikin sekitar 20%. Jadi plafon KBR yang diajukan ke bank sekitar 250 jutaan.

3. IMB ( Izin Mendirikan Bangunan)

Saat mengajukan KBR, bank mensyaratkan adanya IMB atau minimal IMB dalam proses pengajuan.

Pengalaman saya, waktu itu IMB masih tahap IPR (Izin Pertuntukan Ruang) karena sedang ada penggantian pejabat jadi proses pengurusan IMB agak lama. Untungnya pihak banking company tidak mempermasalahkan hal ini. Setelah IMB jadi, IMB yang asli diminta banking concern sebagai pelengkap jaminan.

Setelah semua syarat terpenuhi, baru dilakukan akad KBR dan sertifikat tanah kami diagunkan.

Gambar progres rumah l%

Kalau membeli rumah lewat KPR, DP dibayarkan ke developer atau penjual rumah. Kekurangan pembayaran dibayarkan oleh bank ke developer atau penjual setelah akad KPR disetujui. Sedangkan di KBR, DP adalah fisik bangunan awal sebelum akad KBR.

Jika teman-teman membangun rumah memakai jasa kontraktor, di dalam KBR dana dari depository financial institution bisa dibayarkan langsung ke rekening kontraktor. Nah, ini bisa jadi pilihan, nantinya dana mau masuk ke rekening kita atau kontraktor.

Pengalaman saya, pembangunan rumah memakai jasa kontraktor tapi dana bank masuk ke rekening pribadi. Jadi kendali keuangan ada di tangan kita.

Dari cerita ini, saya harap teman-teman paham perbedaan KBR dan KPR, ya. Dan hal-hal apa saja yang diperhatikan dalam pengajuan KBR.

Sekian dulu cerita mengenai membangun rumah sendiri dengan kredit bangun rumah. Semoga sharing ini bisa menambah info bagi teman-teman yang membutuhkan.^-^

Kredit Bangun Rumah Dengan Toko Bangunan

Source: https://www.pipitwidya.com/2020/07/membangun-rumah-sendiri-dengan-kredit.html

You May Also Like