Gambar Desain Bangunan Gedung Rumah Sakit
Museum Sejarah Djakarta | |
---|---|
![]() Foto panorama Museum Sejarah Djakarta dilihat dari Taman Fatahillah |
|
![]() |
|
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Neoklasik |
Lokasi | Jl. Taman Fatahillah No. 1, Djakarta Barat, Dki jakarta, Republic of indonesia |
Mulai dibangun | 25 Januari 1707 |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | W. J. van de Velde |
Insinyur | J. Kremmer |
Situs web | |
Jakarta History Museum | |
Museum Sejarah Jakarta Lokasi Museum Sejarah Jakarta di Jakarta |
Museum Fatahillah
memiliki nama resmi
Museum Sejarah Jakarta
adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah Nomor 1, Jakarta Barat, dengan luas lebih dari one.300 meter persegi.
Bangunan ini dahulu merupakan Balai Kota Batavia (bahasa Belanda:
Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal xxx Maret 1974, bangunan ini kemudian diresmikan oleh bapak Ali Sadikin sebagai Museum Sejarah Djakarta.
Sejarah
[sunting
|
sunting sumber]
Sejarah Gedung
[sunting
|
sunting sumber]
Lukisan balai kota kedua Batavia pada tahun 1682
Stadhuis di awal abad ke-20, dihubungkan dengan jalur trem ke pusat pemerintahan di kawasan Weltevreden
Pada awal mulanya, balai kota pertama di Batavia dibangun pada tahun 1620 di tepi timur Kali Besar. Bangunan ini hanya bertahan selama enam tahun sebelum akhirnya dibongkar demi menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung pada tahun 1626.[1]
Sebagai gantinya, dibangunlah kembali balai kota tersebut atas perintah Gubernur-Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1627. Lokasinya berada di daerah Nieuwe Markt (sekarang Taman Fatahillah).[2]
Menurut catatan sejarah, balai kota kedua ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi balai kota sangat buruk. Tanah di kota Batavia yang sangat labil dan beratnya bangunan ini menyebabkan perlahan-lahan turun dari permukaan tanah.
Akhirnya pada tahun 1707, atas perintah Gubernur-Jenderal Joan van Hoorn, bangunan ini dibongkar dan dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang sama. Peresmian Balai kota ketiga dilakukan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710, dua tahun sebelum bangunan ini selesai secara keseluruhan.[2]
Selama dua abad, balai kota Batavia ini digunakan sebagai kantor administrasi kota Batavia. Selain itu juga digunakan sebagai tempat Higher van Schepenen (Dewan Kotapraja) dan Raad van Justitie (Dewan Pengadilan). Awalnya sidang Dewan Pengadilan dilakukan di dalam Kastil Batavia. Namun dipindahkan ke sayap timur balai kota dan kemudian dipindahkan ke gedung pengadilan yang baru pada tahun 1870.[two]
Balai kota Batavia juga mempunyai ruang tahanan yang pada masa VOC dijadikan penjara utama di kota Batavia. Sebuah bangunan bertingkat satu pernah berdiri di belakang balai kota sebagai penjara. Penjara tersebut dikhususkan kepada para tahanan yang mampu membiayai kamar tahanan mereka sendiri. Namun berbeda dengan penjara yang berada di bawah gedung utama. Hampir tidak ada ventilasi dan minimnya cahaya penerangan hingga akhirnya banyak tahanan yang meninggal sebelum diadili di Dewan Pengadilan. Sebagian besar dari mereka meninggal karena menderita kolera, tifus dan kekurangan oksigen. Penjara di balai kota pun ditutup pada tahun 1846 dan dipindahkan ke sebelah timur Molenvliet Oost. Beberapa tahanan yang pernah menempati penjara balai kota adalah bekas Gubernur Jenderal Belanda di Sri Lanka Petrus Vuyst, Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro.[two]
Di akhir abad ke-nineteen, kota Batavia mulai meluas ke wilayah selatan. Sehingga kedudukan kota Batavia ditingkatkan menjadi Gemeente Batavia. Akibat perluasan kota Batavia, aktivitas balai kota Batavia dipindahkan pada tahun 1913 ke Tanah Abang Due west (sekarang jalan Abdul Muis No. 35, Jakarta Pusat) dan dipindahkan lagi ke Koningsplein Zuid pada tahun 1919 (sekarang Jl. Medan Merdeka Selatan No. viii-9, Djakarta Pusat) sampai saat ini.[3]
Bekas bangunan balai kota kemudian dijadikan Kantor Pemerintah Jawa Barat sampai tahun 1942. Selama masa pendudukan Jepang, bangunan ini dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini kembali digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat disamping ditempati markas Komando Militer Kota I sampai tahun 1961. Setelah itu digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 1970, bangunan bekas balai kota Batavia ini ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya.[four]
Setelah itu Gubernur DKI Jakarta pada masa itu Ali Sadikin merenovasi seluruh bangunan ini dan diresmikan pada tanggal thirty Maret 1974 sebagai Museum Sejarah Jakarta.
Seperti umumnya di Eropa, balai kota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan Stadhuisplein. Menurut sebuah lukisan yang dibuat oleh Johannes Rach, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju Stadhuiplein. Tetapi air mancur tersebut hilang pada abad ke-19. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘’’Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jayakarta.
Sejarah Museum
[sunting
|
sunting sumber]
Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini Museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Republic of indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Jakarta Lama’’ diserahkan kepada PEMDA DKI Djakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan sekadar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Republic of indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi. Untuk itu Museum Sejarah Djakarta berusaha menyediakan informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Djakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih rekreatif. Selain itu, melalui tata pamernya Museum Sejarah Jakarta berusaha menggambarkan “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta seutuhnya. Museum Sejarah Dki jakarta juga selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif sehingga dapat merangsang pengunjung untuk tertarik kepada Jakarta dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya.
Arsitektur
[sunting
|
sunting sumber]
Arsitektur bangunannya bergaya Neoklasik[2]
dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.
Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Koleksi
[sunting
|
sunting sumber]
Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai xix, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Tiongkok, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang Batavia.
Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Galeri koleksi
[sunting
|
sunting sumber]
-
Salah satu koleksi meriam yang ada di Museum Fatahillah
-
-
-
-
Pot Keramik Jepang dari abad ke-17.
-
Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo.
-
Lempengan batu bergambar kapal VOC di dinding Museum Sejarah Djakarta.
Tata Pamer Tetap
[sunting
|
sunting sumber]
Dengan mengikuti perkembangan dinamika masyarakat yang menghendaki perubahan agar tidak tenggelam dalam suasana yang statis dan membosankan, serta ditunjang dengan kebijakan yang tertuang dalam visi dan misi museum, mengenai penyelenggaraan museum yang berorientasi kepada kepentingan pelayanan masyarakat, maka tata pamer tetap Museum Sejarah Jakarta dilakukan berdasarkan kronologis sejarah Djakarta, dan Jakarta sebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku bangsa baik dari dalam maupun dari luar Indonesia, Untuk menampilkan cerita berdasarkan kronologis sejarah Djakarta dalam bentuk
display, diperlukan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan ditunjang secara grafis dengan menggunakan foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta dan label penjelasan agar mudah dipahami dalam kaitannya dengan faktor sejarah dan latar belakang sejarah Jakarta.
Sedangkan penyajian yang bernuansa budaya juga dikemas secara artistik di mana terlihat terjadinya proses interaksi budaya antar suku bangsa. Penataannya disesuaikan dencan cara yang seefektif mungkin untuk menghayati budaya-budaya yang ada sehingga dapat mengundang partisipasi masyarakat. Penataan tata pamer tetap Museum Sejarah Dki jakarta dilakukan secara terencana, bertahap, skematis dan artistik, sehingga menimbulkan kenyamanan serta menambah wawasan bagi pengunjungnya.
Aktivitas
[sunting
|
sunting sumber]
Sejak tahun 2001 sampai dengan 2002 Museum Sejarah Dki jakarta menyelenggarakan Program Kesenian Nusantara setiap minggu ke-Two dan ke-IV untuk tahun 2003 Museum Sejarah Dki jakarta memfokuskan kegiatan ini pada kesenian yang bernuansa Betawi yang dikaitkan dengan kegiatan wisata kampung tua setian minggu ke 3 setiap bulannya.
Selain itu, sejak tahun 2001 Museum Sejarah Jakarta setiap tahunnya menyelenggarakan seminar mengenai keberadaan Museum Sejarah Jakarta baik berskala nasional maupun internasional. Seminar yang telah diselenggarakan antara lain adalah seminar tentang keberadaan museum ditinjau dari berbagai aspek dan seminar internasional mengenai arsitektur gedung museum.
Untuk merekonstruksi sejarah masa lampau khususnya peristiwa pengadilan atas masyarakat yang dinyatakan bersalah, ditampilkan teater pengadilan di mana masyarakat dapat berimprovisasi tentang pelaksanaan pengadilan sekaligus memahami jiwa zaman pada abad ke-17.
Aktivitas Yang Dapat Diikuti Pengunjung
[sunting
|
sunting sumber]
- Wisata Kampung Tua, minimal 20 Orang
- Jelajah Malam Museum, minimal 20 Orang
- Workshop Sketsa Gedung Tua, minimal 10 Orang
- Nonton Bareng motion picture-pic Jadul, minimal 20 Orang
- Pentas Seni Ala Dki jakarta
- Kunjungan ala tentara republic of indonesia
Harga Tiket Masuk Museum
[sunting
|
sunting sumber]
Bagi orang dewasa tiket masuk akan dikenakan tarif Rp5.000 per orang, bagi anak-anak akan dikenakan biaya Rp2.000 per orang. Lain halnya dengan pengunjung yang menunjukkan identitas mahasiswa, tiket masuk Museum Jakarta bisa didapat dengan harga Rp3.000 per orang.
Fasilitas
[sunting
|
sunting sumber]
Perpustakaan
[sunting
|
sunting sumber]
Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi buku 1200 judul. Bagi para pengunjung dapat memanfaatkan perpustakaan tersebut pada jam dan hari kerja Museum. Buku-buku tersebut sebagian besar peninggalan masa kolonial, dalam berbagai bahasa diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab. Yang tertua adalah Alkitab/Bible tahun 1702.
Kantin Museum
[sunting
|
sunting sumber]
dengan suasana nyaman Taman menawarkan makanan dan minuman khas betawi yang khas.
Souvenir Shop
[sunting
|
sunting sumber]
Museum menyediakan cenderamata untuk kenang-kenangan para pengunjung yang dapat diperoleh di “souvenir shop” dengan harga terjangkau.
Sinema Fatahillah
[sunting
|
sunting sumber]
Menampilkan Film-motion picture Dokumenter Zaman Batavia dan Pic Populer Dalam Dan Luar Negeri.
Musholla
[sunting
|
sunting sumber]
Museum ini menyediakan musholla dengan perlengkapannya sehingga pengunjung tidak perlu khawatir kehilangan waktu salat.
Ruang Pertemuan dan Pameran
[sunting
|
sunting sumber]
Menyediakan ruangan yang representatif untuk kegiatan pertemuan, diskusi, seminar dan pameran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.
Taman Dalam
[sunting
|
sunting sumber]
Taman yang asri dengan luas 1000 meter lebih, serta dapat dimanfaatkan untuk Gathering, resepsi pernikahan, Pentas Seni.
Referensi
[sunting
|
sunting sumber]
-
^
Schets van de verlegging der Rivier van Batavia in 1632. -
^
a
b
c
d
due east
A. Heuken SJ.
Tempat-tempat Bersejarah di Dki jakarta.
Cipta Loka Caraka, 2015. ISBN 974-602-70395-7-5 -
^
“Gedung Balai Kota”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-eleven-07. Diakses tanggal
2017-01-27
.
-
^
“Jakarta History Museum”.
Indonesia Tourism. IndonesiaWebPromotion. Diakses tanggal
2009-12-29
.
Koordinat:
6°08′07″S
106°48′48″E
/
6.135230°South 106.813301°Eastward
/
-6.135230; 106.813301
Gambar Desain Bangunan Gedung Rumah Sakit
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah