Dr I Nyoman Ehrich Lister Membangun Rumah Sakit

Dr I Nyoman Ehrich Lister Membangun Rumah Sakit

SUPARTA+ADAT


KEAJAIBAN
10 BUTIR  TELUR




Tiada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini, segala kisah keberhasilan bisa bermula dari apa saja, termasuk juga dari telur ayam seperti apa yang telah mengawali  cikal bakal kesuksesan Nyoman Suparta.

Guru besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Fapet Unud) ini memiliki kisah hidup yang menarik, unik, ajaib dan mengagumkan.
Keberhasilan karir dan usahanya seiring sejalan menuju kesuksesan besar di dalam hidupnya.
Usaha peternakan ayam miliknya menggurita hingga ia kemudian memiliki perusahaan distributor bibit, pakan dan obat-obatan ternak serta rumah potong ayam yang terbilang besar, juga beberapa usaha lainnya di berbagai sektor lain.
Dari kandang miliknyalah, di Bali seperti;
Ketucky Fried Chiken, Mc Donald, dan hampir seluruh
Supermarket
di Bali seperti;
Hero, Tiara, Makro, Hardy’s dan Bintang menerima kebutuhan pasokan daging ayam bergaransi halal.

Peternakan ayam di bawah pengelolaan Suparta mencetak ayam-ayam yang dagingnya telah dinyatakan berstandar internasional karena digarap dengan HACCP (Hasrat Analisis Critical Command Pan). Standarisasi mutu berkualitas inipun telah diuji oleh Mc Donald Jakarta dan Hongkong, termasuk Direktorat Jendral Peternakan Djakarta, Dinas Peternakan Provinsi Bali, Dinas Peternakan Kota Madya Denpasar sekaligus juga mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia cabang Denpasar.

Namun pernahkah terbayang dari benak kita semua, bahwa kerajaan agribisnis Nyoman Suparta dibangun dari ten butir telur yang “bimsalabim”,…………… merubah hidup Nyoman Suparta sampai bertengger dipuncak keberhasilan.

Begini awal kisahnya; sejak bocah, Nyoman Suparta yang biasa menari ini dan sempat acap kali ikut pentas di kampungnya itu, memang menunjukkan ketertarikannya memelihara ternak di luar kesehariannya yang asik di bidang seni. Ketertarikannya pada unggas dan peternakan itulah yang menggugah minatnya untuk menggeluti hobi berternak hingga terus berkelanjutan dan seolah mendarah daging sampai ia tumbuh dewasa. Dan siapa sangka, justru dari kesenangannya pada unggas inilah, Suparta kemudian dapat hidup dan meraih semua citanya.

19 Maret 1953 di Duda, Selat – Karangasem, Nyoman Suparta dilahirkan dari rahim Ni Wayan Renes sebagai anak ke – iii dari x bersaudara nantinya.
Ayahnya I Made Puja adalah seorang pegawai negeri sipil di kantor kecamatan di waktu itu. Tidak ada yang istimewa dari keluarga desa sederhana di mana Suparta kemudian tumbuh mendewasa.
Untuk kepentingan makan dan sekolah, ayah dan ibunya cukup mampu memenuhi kebutuhan pokok kesemua anaknya. Nyaris tidak ada permasalahan yang berarti bila untuk sekedar memutar roda hidup itu berjalan sewajarnya. Apalagi selain sebagai pegawai negeri, Fabricated Puja ayahnya juga memiliki usaha sampingan menekuni bidang pertanian secara tradisional dan bahkan memiliki
selip  / penyosohan beras di desanya.

Dalam keseharian harmonisasi hidup yang sederhana itulah, Suparta yang sudah duduk di Sekolah Rakyat Negeri Sideman itu agaknya mulai terpengaruh lingkungan dan kawan-kawan sepermainannya yang terlihat asyik memelihara ayam, itik, bebek atau unggas lainnya di rumah masing-masing.
Dari sanalah kemudian Suparta mulai turut mencoba memelihara beberapa ekor anak itik yang ia minta dari ayahnya.
Dengan tekun itik itu dipelihara Nyoman Suparta hingga berhasil menjadi besar. Bukan saja itu, iapun lalu juga memelihara ayam, bebek dan juga kambing yang kesemuanya berhasil beranak pinak besar dan menghasilkan keuntungan.
Kecintaannya pada ternak ternyata berbuntut panjang, ia bahkan lalu bercita-citanya ingin menjadi ilmuan di bidang peternakan atau dokter hewan bila kelak dewasa nanti.
Cita-cita menjadi dokter hewan ini seketika muncul setelah Suparta mendengar kisah kehebatan dokter hewan yang mengesankan dari salah satu pamannya.
Sejak saat itulah, Nyoman Suparta semakin teliti dan sungguh-sungguh menggeluti
hobby
dalam mengurus unggas dan ternak miliknya.

Dari hasil ternak kecilnya tersebut, Nyoman Suparta dapat memperoleh kesenangan ganda yang membuat ia mulai meyakini manfaat suatu wirausaha.
Bagaimana tidak, kesenangan memelihara unggas yang selama ini dia geluti ternyata mampu menghasilkan uang yang lumayan.
Uang yang diperoleh dari hasil jerih payah berternak itu dapat Suparta gunakan untuk membeli beberapa baju yang sekaligus menjadi simbol kebanggaan tersendiri dari keberhasilan bocah seusianya menikmati hasil dari bisnis pertamanya.

Belum lama sekolah di SR Sidemen, Suparta terpaksa harus  pindah  mengikuti ayahnya yang  dipindah tugaskan sebagai pejabat kecamatan di Selat.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1962, Gunung Agung meletus, dan daerah Selat, Karangasem menjadi salah satu daerah aliran lahar gunung Agung yang dapat dikatakan sebagai daerah rawan bencana.
Karena peristiwa itulah, Suparta yang baru sampai di kelas 4 ini kemudian untuk sementara waktu kembali ke sekolah lamanya di SR Sidemen. Tidak lama di SR  Sidemen, setelah daerah Selat dinyatakan aman, Suparta pun kembali memasuki sekolahnya di SR i Duda Selat, Karangasem hingga dinyatakan lulus dan menamatkan pendidikan dasarnya di sana.
Sejak kecil itulah, jiwa kepemimpinan telah mulai terlihat menonjol dari diri Suparta, hal ini tampak manakala ia didaulat kawan-kawan sebayanya (tahun 1962 – 1964) untuk duduk sebagai ketua GAM (Gerakan Anak-anak Marhaen) di Jangu desa Duda, Selat, Karangasem dan juga di tahun 1965 – 1968 ia kembali dipilih sebagai Ketua Umum (GSNI) Gerakan Siswa Nasional Indonesia di Selat, Karangasem.

Di tahun 1965 itulah, Nyoman Suparta masuk sekolah menengah pertamanya di SMP Gunung Agung Selat yang berjarak tidak jauh dari rumahnya.
Di sekolah itulah, Suparta seolah merasakan masa-masa menyenangkan dalam hal mengikuti pelajaran di sekolah.
Pada mata pelajaran ilmu Aljabar dan ilmu Ukur (Matematika), di bawah bimbingan ‘Pak Abian’ (I Ketut Abian), Nyoman Suparta menjadi tertarik dan merasa mudah memahami pada mata pelajaran yang bagi sebagian siswa lainnya dikatakan membosankan dan sulit.

Metode mengajar ‘Pak Abian,’ terbukti berhasil membuka daya nalar Suparta hingga berhasil menjadi siswa terbaik di kelasnya.
Di bidang mata pelajaran lain, khususnya bahasa Inggris, Suparta juga menemui ketertarikan dari cara mengajar Wayan Surdi yang sangat bagus, bahkan luar biasa dalam menyampaikan metode pengajaran bahasa asing ini kepada siswa-siswinya.  Berkat ‘Pak Surdi’,
dengan seluruh ilmu yang diajarkannya di SMP, Nyoman Suparta kemudian menjadi mampu berkomunikasi dengan cukup lancar menggunakan bahasa Inggris.

Kebisaannya yang menonjol pada ilmu matematika dan bahasa Inggris ini kemudian ia jadikan modal untuk menempuh seleksi ketat dalam penerimaan siswa di SMA 1 Denpasar setelah ia dinyatakan lulus SMP di tahun 1968.
Hasil nilai kelulusan yang baik berikut riwayat berprestasi dengan selalu membawa predikat rangking ane atau 2 di kelasnya, ternyata belum cukup menjadi syarat untuk dapat masuk bersekolah di SMA one Denpasar yang merupakan sekolah terbaik dan favorit di masa itu.

Persaingan yang ketat dan maraknya sistem kolusi / koneksi menjadikan peluang yang sudah sempit menjadi semakin kecil.
Di sinilah pertarungan besar itu dimulai. Dengan bekal diri yang terus dimantapkannya melalui belajar sungguh-sungguh menjelang ujian penerimaan  siswa digelar, Nyoman Suparta yang tidak memiliki koneksi atau relasi untuk dapat memperlancar masuk di SMAN 1 harus berupaya menggembleng diri untuk siap ikut dalam seleksi.
Ujian itu dibagi menjadi 2 cara; tertulis dan lisan, selain aljabar dan mata pelajaran lainnya yang merupakan pokok ujian tertulis. Rupanya untuk mata pelajaran bahasa Inggris mata ujinya masih harus melalui
test
lisan. Di sininah Nyoman Suparta berkesempatan unjuk kebisaan,  ia berupaya sebisa mungkin menampilkan kelancaran dan keluwesannya berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Read:  Lama Bangun Rumah 2 Lantai

Mungkin karena kemampuan berbahasa Inggris yang lancar itu, Nyoman Suparta akhirnya berhasil diterima menjadi salah satu siswa di SMAN 1 Denpasar.
Keberhasilan ini menjadi sebuah kebanggan dan kebahagiaan yang paling besar ia rasakan menyambut penerimaannya sebagai siswa SMAN i.
Luapan rasa puas dan rasa bangga itu lalu membekas meninggalkan kesan manis disepanjang hidup Nyoman Suparta hingga kini; “itulah saat yang paling luar biasa dalam hidup ini, saat di mana kemampuan diri sindiri mampu memenangkan persaingan yang mega ketat dan sepenuhnya merupakan perjuangan diri tanpa bantuan atau pertolongan orang lain”.

Seperti sekolah-sekolah sebelumnya, pendidikan di SMA yang dimulai tahun 1969 ini akhirnya berhasil dengan baik diselesaikan Suparta di tahun 1971.
Dan cita-citanya yang tinggi untuk menjadi dokter hewan mengharuskan tekadnya untuk meneruskan pendidikan kejenjang perguruan tinggi.

Tentu sekolah diperguruan tinggi akan menelan biaya yang tidak sedikit, dan dengan penghasilan ayahnya yang pas-pasan, mungkin kecil harapan bagi Suparta dapat mengenyam pendidikan itu.
Kendati demikian, keinginannya untuk tetap sekolah sudah bulat dan tak mungkin untuk ditawar lagi. Maka sebagai langkah antisipasi kemungkinan bila kedua orang tuanya nanti keberatan menanggung biaya kuliahnya, Nyoman Suparta bertekad akan membuka wirausaha sebagai tukang cukur rambut di Denpasar.

Kemampuan mencukur rambut itu secara alami bisa ia kuasai dari kebiasaan saling mencukur antara kawan di waktu Suparta masih duduk sebagai siswa SMP di Karangasem.
Dari hasil mencukur rambut itulah, Suparta yakin dapat memenuhi biaya hidup dan kuliahnya kelak, namun sebelum melangkah lebih jauh,  Suparta mengawali dengan terlebih dahulu menyampaikan niat sungguhnya untuk kuliah kepada ayah dan ibunya.

Ia menyadari kondisi kedua orang tuanya demikian berat menanggung 10 anak yang semuanya memerlukan biaya pendidikan dan hidup.
Maka sebagai alternatif terakhir yang mungkin bisa diharapkan dari keluarganya sebelum ia mengambil langkah menjadi tukang cukur rambut adalah dengan jalan meminta ayahnya untuk berunding kepada keluarga (saudara ayahnya) yang lain untuk mengharap bantuan biaya pendidikannya kelak.

Syukurlah, dalam perundingan itu, beberapa kerabat bersedia membantu pendidikan Suparta menempuh jenjang perguruan tinggi di Denpasar, hingga dengan adanya kesepakatan bantuan ini, Suparta pun mengurungkan niatnya menjadi tukang cukur rambut dan dengan pasti mendaftarkan diri pada Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Udayana.

Jurusan ini ia pilih demi meraih cita-citanya untuk menjadi dokter hewan. Namun  setelah ditekuni, pendidikannya ternyata tidak mengarah pada ilmu kedokteran namun lebih menuju pada bidang ilmu peternakan.
Apa boleh buat, kendati nanti pasti berakhir bukan sebagai seorang dokter hewan, Nyoman Suparta tetap merasa berada di jalur yang tepat, karena ke manapun arah pendidikannya ini, hasilnya tidak melenceng jauh dari cita-citanya, ia tetap berkeyakinan mampu menjadi ilmuan di bidang peternakan.
Di masa-masa inilah semua dan segala kisah keberhasilan itu bermula.
Waktu itu Suparta yang juga senat mahasiswa Fapet Unud ini masih berada di semester awal perkuliahannya, di saat mata jelinya melihat tetangganya melakukan rintisan budidaya ayam ras petelur yang terbilang langka di waktu itu.

Dalam amatannya peternakan kecil tersebut berhasil menghasilkan ayam-ayam yang cukup bagus, hingga ia sendiri menjadi tertarik membeli 10 butir telur ayam ras  dari sana dan mencoba mempraktekkan penetasan telur-telur itu menggunakan metode ilmu yang diperolehnya di sekolah.

Bermodal kotak kardus dan peralatan seadanya, Suparta berupaya meniru persis teknik langkah-langkah penetasan telur ayam.
Setiap 3 hari sekali, Suparta dengan rajin membolak-balik ke sepuluh telur-telurnya.
Hingga setelah hari ke 21, bukan sulap bukan sihir, nine dari 10 telur ayam yang  dicoba ditetaskannya, berhasil menetas dengan sempurna menjadi anak ayam yang siap untuk dibesarkan.

Inilah prestasi pertama yang berhasil ia praktekkan secara nyata dari ilmu yang dipelajarinya.
Keberhasilan ini menyemangati Nyoman Suparta untuk memelihara anak-anak ayam yang baru menetas ini agar berhasil menjadi ayam ras petelur di hari mendatang.

Sambil menunggu ayam itu besar menjadi ayam petelur, Suparta membeli lagi beberapa telur untuk ditetaskan kembali seperti proses penetasan yang pertama. Sampai  dalam waktu yang tidak lama, Nyoman Suparta sudah memiliki lebih dari twenty ekor ayam ras petelur.


(Foto Kenangan di muka kandang ayam yang baru berisi xx ekor ayam).

*
/ Nyoman Suparta bersama ayah kandungnya (memberi pakan ayam) dan adiknya yang ke–seven (Komang Alit Suarsha; sekarang Direktur Depository financial institution Parta Kencana Tohpati).

Ayam-ayam itupun kemudian menghasilkan telur sendiri dan terus ditetaskan hingga semakin hari jumlah bertambah mencapai 75 ekor ayam ras petelur, di saat Suparta masih berada di semester three perkuliahannya.

Peningkatan pertumbuhan peternakan ayam yang dikelolanya, menjadikan Suparta semakin bersemangat menekuni usaha ini dengan lebih serius.
Selain dipelihara, ayam-ayamnya juga menjadi sarana produksi telur yang hasilnya selain untuk di tetaskan juga di jual untuk memenuhi biaya pakan ayam-ayam itu sendiri.
Namun tak jarang karena jumlah telur yang ditetaskan lebih banyak dari pada hasil penjualan telur untuk membeli pakan ayam-ayamnya, Suparta terpaksa harus meminta subsidi biaya pakan ternak kepada orang tuanya di desa.

Setiap saat dengan teliti dan sabar, Suparta meracik sendiri pakan ayamnya; gerang, kedelai, jagung, dedak ditubuk dan diaduk sendiri sebagai material pakan ayam degan komposisi yang tepat.
Tapi kali ini, peternakannya bukan lagi semata-mata menjadi penyalur kesenangan /
hobby
saja, melainkan telah dengan sadar dikelola Nyoman Suparta dengan melihat masa depan yang cerah dari bisnis ayam ras petelur di masa depan.

Menginjak semster Viii di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Udayana, jumlah ayam Suparta sudah berkisar lebih dari 300 ekor.
Situasi populasi ayamnya yang menggairahkan mengusik Nyoman Suparta untuk berpikir mancari dana guna mendapatkan lahan yang lebih luas bagi ayam-ayam ras petelur miliknya.

Berbekal permasalahan lahan peternakan inilah, Suparta memberanikan diri meminta bantuan ayahnya berupa pinjaman sertifikat tanah untuk dijadikan agunan pinjaman di bank.
Secara teknis, ayahnya tidak keberatan pada permintaan Suparta, maka meski surat tanah yang dimilikinya tidak berupa sertifikat dan hanya berbentuk surat pipil, namun karena ingin membantu upaya yang dilakukan Suparta untuk berwirausaha, akhirnya surat pipil ini diserahkan juga sebagai wujud dukungan penuh dari ayahnya.

Dengan lantaran surat pipil dan beberapa berkas penunjang lainnya, Suparta mengajukan kredit pinjaman modal pada Bank BPD  Bali dan berhasil dibantu modal uang sebesar 1,5 juta rupiah  dengan komposisi modal investasi sejumlah Rp 1 juta dan modal kerja Rp. 500.000,-.
Dengan uang modal pinjaman itu, Suparta mengontrak sebidang lahan seluas 30 are selama 10 tahun dan mendirikan peternakan ayam dan rumah kecilnya  di desa Toja, Denpasar.

Di atas lahan yang lebih luas dan memadai, tingkat pertambahan jumlah ayamnya melonjak tajam menjadi 2000 ekor ayam ras petelur.
Menyadari kemajuan yang luar biasa, Nyoman Suparta merasa memerlukan tambahan modal untuk pemeliharaan, pengembangan secara intensif dan pengelolaan peternakannya yang mulai menuntut investasi lebih besar lagi.
Untuk itulah kedua kalinya, Nyoman Suparta mengajukan permohonan penambahan modal kepada Depository financial institution BPD Bali dan memperoleh bantuan pinjaman sebanyak Rp. eight.000.000,- (delapan juta rupiah).

Read:  Sengketa Pembangunan Rumah Di Komplek


Suparta berfoto bersama ibu (Ni Wayan Renes) dan anak pertamanya di rumah berdinding bedeg, tempat tinggalnya yang dibangun di areal peternakan di desa Toja, Denpasar.

Dengan uang itu, Nyoman Suparta membagi dana modalnya untuk dua kepentingan; yang pertama untuk membeli sebidang tanah seluas four,v are di jalan WR. Supratman sebagai investasi pengembangan usaha
poultry shop
di masa yang akan datang  dan yang kedua untuk peningkatan modal kerja peternakan.
Dengan modal yang cukup, selain mengembangkan usaha dengan menambah peternakan dengan ayam potong, Suparta memulai usaha disferivikasi dengan memelihara Babi.
Babi yang salah satu unsur pakannya adalah kotoran ayam jelas akan memfungsikan limbah kotoran peternakan ayam menjadi salah satu unsur sumber pakan yang cukup.

Dan untuk memenuhi unsur lainnya yang diperlukan untuk pakan babi seperti ampas kelapa, maka Suparta membuka usaha pembuatan minyak kelapa di Tonja, untuk mendapatkan limbah ampasnya hasil dari pemrosesan kelapa menjadi minyak.
Tapi tak cukup sampai di sini, untuk dapat mendapat komposisi pakan Babi yang baik dan tepat, masih pula diperlukan ampas tahu di dalam adonannya.
Karena alasan itulah, maka Suparta mendirikan pabrik tahu dengan sebelumnya melakukan riset dan pembelajaran khusus ke Pulau Lombok selama beberapa waktu, demi dapat  mengetahui rahasia   pembuatan tahu Lombok yang terkenal itu.

Atas kerja kerasnya itu akhirnya semua usahanya mulai berjalan baik memberikan manfaat multi guna bagi Suparta, selain keuntungan dari penjualan ayam, minyak kelapa dan tahu, Nyoman Suparta juga mendapatkan pakan ternak babinya dengan cuma-cuma, sehingga praktis babi-babi dipeternakannya adalah sumber keuntungan murni yang nyaris tanpa beban pengeluaran pakan.

Upaya efisiensi dan daya akal yang kreatif ini rupanya terus berkembang dalam pemikiran Nyoman Suparta,  hal ini tampak di kala Suparta melihat pemanfaatan mesin giling tahunya yang tidak terpakai secara optimal.
Mesin ini hanya bekerja malam hingga menjelang pagi, selebihnya di siang hari mesin giling tahu itu menganggur menunggu proses pembuatan tahu di malam berikutnya.
Karena ingin mengoptimalkan pemakaian mesin gilingnya, Suparta kembali berangkat ke Lombok untuk belajar proses pembuatan kopi bubuk selama bebera hari.
Lagi-lagi setelah merasa cukup ilmu membuat kopi, Suparta membuka usaha pembuatan kopi bubuk asli Bali dengan
merk
dagang ‘MERUMAS’.

Setelah tamat dari kuliahnya di tahun 1978, Nyoman Suparta diminta ayahnya untuk melamar pekerjaan sebagai pegawai negeri, sebuah profesi yang memiliki jaminan penghasilan pasti dan juga jaminan pensiun di masa tua.

Sesungguhnyalah Suparta sama sekali tidak menginginkan profesi sebagai pegawai negeri, ia lebih tertarik menjadi pengusaha dengan tingkat penghasilan dan kesuksesan yang tidak terbatas.
Akan tetapi sebagai seorang anak, Suparta merasa wajib diri untuk memenuhi permintaan orang tuanya dengan berusaha mewujudkan harapan sang ayah menjadi pegawai negeri.
Dilandasi rasa ingin berbhakti pada orang tua, Nyoman Suparta pun akhirnya mendaftarkan diri dan melamar sebagai dosen di Universitas Udayana. Hasilnya pada tahun 1980, Suparta diangkat sebagai dosen Fakultas Peternakan Unud

Memasuki antara tahun 1980 – 1981, di bidang wirausaha hasil penjualan pakan ternak yang belakangan dikelolanya kemudian secara signifikan terus meningkat sampai menembus angka omzet 30 ton perbulan. Peluang bisnis yang terkesan cerah itu kemudian bermaksud dikembangkan lebih besar  lagi dengan jalan menempatkan bisnis pakan ternak tersebut di lokasi yang mudah dijangkau dan dituju konsumen.

Melalui pertimbangan serius, Nyoman Suparta kemudian merasa yakin untuk siap memindahkan usahanya dari desa Tonja ke lahan miliknya di jalan WR Supratman,  Tohpati, Denpasar dan membuka
Poultry Shop
(penjualan pakan ayam) di sana.

Tepat sesuai perhitungannya, usaha yang dikembangkan dengan manajemen bisnis
mod, ketelitian, kecermatan dan ketekunan itupun akhirnya menghasilkan kemajuan pesat yang menggembirakan.

Di tengah laju keberhasilan itulah, Nyoman Suparta memutuskan untuk mengambil program magister di Institut Pertanian Bogor (IPB) dari tahun 1990 sampai dengan 1992 dan kembali mengambil plan Doktornya di IPB tahun 1997 – 2000 hingga dua tahun kemudian ia diangkat menjadi Guru Besar Tetap di Fakultas Peternakan Unud.

Saat ini melalui serangkai upaya pengembangan dalam kurun waktu masa kerjanya yang aktif, Nyoman Suparta telah memiliki usaha antara lain; PT. Tohpati
Poultry,
Broiler Jaya Subcontract, RPA Tohpati
Craven, Tohpati
Pet Store, klinik hewan Tohpati Satwa Husada, Bank Parta Kencana Tohpati, Toko Elektronik dan beberapa usaha lainnya.
Lebih dari 150 orang tenaga kerja mampu ia hidupi di bawah naungan usahanya, dan jumlah itupun terus akan semakin bertambah sejalan dengan makin bertambahnya jaring perusahaan yang dikembangkan Nyoman Suparta.

Memang siapa yang menduga, semua kerajaan dagang ini dibangun dari ten butir telur dan tentunya keajaiban yang disadari Nyoman Suparta sebagai karunia dan anugrah Tuhan yang senantiasa ia syukuri.
Lebih dari itu, dalam keberhasilannya ini, Suparta kemudian banyak mendedikasikan tenaga, pikiran, pengalaman, materi dan pengetahuan hidupnya untuk aktif dalam berbagai  organisasi penting di Bali yang kesemua itu mendudukkannya sebagai pengurus.

Salah satunya adalah organisasi HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Republic of indonesia) Bali di mana organisasi ini sekian lama tidak mampu berperan menjalankan fungsinya secara nyata bagi kesejahteraan petani di Bali. Dan sejarah kebangkitannyapun ditengarai dengan saat mulai dilantiknya Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM, sebagai ketua DPP HKTI Bali periode 2005 – 2010, pada tanggal 22 Desember 2005.
Sejak saat itulah Suparta mulai merapatkan barisan, menghidupkan fungsi-fungsi organisasi dan kiprah HKTI Bali lalu mulai terdengar lantang membawa harapan dan upaya peningkatan kesejahteraan kaum petani di Bali.

Sebagai seorang pakar di bidang pertanian dan peternakan,  Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM memang terlihat mumpuni membawa bendera kepemimpinan dalam HKTI Bali ditinjau dari latar pendidikan, pengalaman dan profesionalitasnya yang erat berkaitan pada dunia pertanian.

Dalam benak pemikiran tokoh yang merasakan memiliki ikatan nurani dengan nasib petani ini, upaya untuk mendorong instansi dan pihak – pihak yang terkait dalam memikirkan nasib kaum petani yang dari generasi ke generasi, tahun ke tahun dan masa ke masa terkesan terabaikan, harus segera berbuah hasil nyata.
Karenanyalah visi HKTI Bali;
“Terwujudnya pertanian dan pedesaan Bali yang berkeadilan, sejahtera dan mandiri”,
adalah harga mati target yang harus dicapai seluruh lapis petani di Bali.

Bagi Bali sendiri, sektor pariwisata memang menempati peringkat tertinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, namun meski demikian, hendaklah kemajuan pariwisata tidak melupakan sektor pertanian, apalagi telah diketahui bahwa bidang pariwisata rentan terhadap berbagai isu keamanan dan penyakit, sedang sektor pertanian nyata-nyata teruji mampu bertahan meski dihantam guncangan badai krisis ekonomi sekalipun.

Read:  Biaya Bangun Rumah Per Meter Persegi 2023

Sebagai alumni Universitas Udayana, Suparta yang dikenal memiliki dedikasi total pada segala bidang yang digelutinya kemudian menjadikannya tokoh unggulan untuk dipercaya mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Ikatan Alumni Universitas Udayana (Ikayana).

Bersama seluruh anggota dan komponen Ikayana,  Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM mengajak seluruh kalangan alumni Unud untuk mampu berperan dalam masyarakat sesuai disiplin ilmu yang ditekuninya masing-masing dan bersama-sama menjadikan wadah perhimpunan alumni ini menjadi eksis, kuat dan bermanfaat.
Fungsinya sebagai ilmuan tidak kalah padat dan aktif dalam kehidupan Suparta.
Sebagai pakar dan praktisi, Suparta memiliki strategi untuk meningkatkan wawasan siswa didiknya dan pembangunan pemahaman tentang kemajuan dan perkembangan dunia pertanian dan peternakan pada masyarakat luas di Bali dengan jalan aktif meluncurkan berbagai buku ilmiah hampir di setiap tahun di samping makalah-makalah berthema
edukatif yang luar biasa banyaknya di berbagai rubrik pada media terkemuka dan surat kabar Bali.

Padatnya kesibukan aktivitas organisasi, usaha dan juga profesinya sebagai dosen dengan serangkaian jabatan penting yang diembannya, tidak membuat Nyoman Suparta kehilangan waktu bersama untuk membina keutuhan keluarga yang dibangun bersama Dra. Ni Wayan Karsini dengan pernikahan pada tanggal 19 Januari 1978 dan kini telah memberinya iii orang anak generasi pelanjut dan tumpuan harapan bagi mereka berdua di masa yang akan datang.

Sebagai orang tua, Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM juga berusaha memberikan pendidikan setinggi-tingginya demi terbentuknya sosok manusia yang memiliki Sumber Daya yang bermutu tinggi, handal dan sekaligus merupakan generasi penerus yang mampu melanjutkan misi dan visi orang tua ke arah keberhasilan dan kemajuan yang paripurna, sehingga kelak para generasi ini di masa yang akan datang tidak perlu kembali lagi mengharapkan keajaiban 10 butir telur ayam semata, melainkan telah langsung dapat meneruskan apa yang telah orang tuanya rintis dan mengembangkannya menjadi lebih besar dan berhasil sebagaimana harapan kedua orang tuanya.

Sebuah hikmah besar dapat dipetik dari pengalaman hidup  Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM, di mana pentingnya cita-cita dapat membangun motivasi anak untuk maju dan berhasil dalam hidup.
Bahwasannya di sini tergambar jelas akan kesetiaan seorang anak pada cita-citanya dan tingginya semangat serta upaya kerja keras yang pantang kenal lelah yang sudah tumbuh sejak kecil hingga dewasa, ditambah kejujuran dan ketulusan hati, telah berbuah manis pada kehidupan Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM yang sukses dan berhasil sebagai wirausahawan, ilmuan  dan organisatoris handal di Bali.

Dalam sinopsis
opname moment
dari kehidupan Suparta ini jelas dapat disimpulkan bahwa sebagai manusia Suparta mampu
tangkas mambagi waktu, sehingga dalam sehari, berbagai aktivitas mendapat porsi serius untuk ditangani; baik itu waktunya menjadi dosen, pemimpin perusahaan, waktu berorganisasi, waktu bermasyarakat, waktu berkesenian, waktu bersama keluarga, waktu memberi pakan ternak, waktu berkebun dan bertani, waktu beribadah dan waktu belajar juga istirahat terjadwal dan secara rutin demikian cermat terbagi tanpa yang lain kehilangan penanganan optimal.
Hal ini dapat diyakini setelah melihat bahwa di sepanjang menjalankan aktivitas rangkap sehari-hari; Suparta dapat menghasilkan prestasi luar biasa di setiap aktivitasnya,

Selama menempuh pendidikan S1, S2, S3, kendati semua itu dilakukan di tengah kesibukan rangkapnya menjadi peternak, pengusaha, kepala rumah tangga, dan berbagai organisasi, rupanya Suparta tercatat mampu lulus tercepat dengan Indeks Prestasi (IP) dapat dikategorikan dalam cumlaude, padahal selain prestasi itu, di bidang usaha Suparta berhasil juga memimpin usahanya menjadi berkembang pesat, di samping aktivitasnya sebagai dosen yang juga membuahkan prestasi sebagai Dosen Teladan Tingkat Universitas Udayana.

Capaian-capaian itulah yang patut kita teladani bersama, cermat dan sigap mengatur waktu, kerja keras serta sungguh-sungguh adalah kunci sukses dan jaminan keberhasilan yang bermutu.




family motion picture

Saat pengukuhan sebagai Guru Besar Desember 2003

Data PRIBADI



Nama           :
Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS, MM

Tempat/
Tanggal Lahir  : Karangasem, 19 Maret 1953
Agama             : Hindu
Profesi          : Dosen dan Pengusaha
Alamat         : JL. WR. Supratman No. 281, Dps.
Pendidikan
Formal
:
–   SD N i Duda, Karangasem
–   SMP Gunung Agung, Selat Karangasem
–   SMA Due north 1 Denpasar
–   Fakultas Kedokteran Hewan dan Perternakan (FKH)
–   Universitas  Udayana (Ir.)
–   Plan   Studi   Ilmu   penyuluhan   Pembangunan
–   (PPN), Program S2, Pasca sarjana IPB Bogor (MS)
–   Program Studi Ilmu Manajemen, Program S2,
–   STIMJ, Jakarta  (MM)
–   Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN), Program   S3,  Pasca Sarjana IPB Bogor (DR)

Pekerjaan :
1980–sekarang   : Dosen Perternakan Unud
1994 – 1998        : Anggota Senat Universitas Udayana
1981 – sekarang : Komisaris Utama PT. Tohpati
poultry

1993 – sekarang : Komisaris Utama Bank Parta Kencana Tohpati
2002 – sekarang : Dosen Plan Pasca Sarjana Unud
2004 – sekarang : Anggota Senat Universitas Udayana.

Aktif dalam bidang :
–   Ketua Pengurus Pusat IKAYANA (Ikatan Alumni Universitas Udayana) th. 2002 – 2006
–   Ketua Forum SEKAR (Semeton
Karangasem)
–   Ketua HKTI Bali
–   Dewan Pembinan KADIN Bali
–   Ketua Litbang Majelis Madya Desa
Pakeraman
Karangasem
–   Dewan Pakar Dekopinwil Provinsi Bali.
–   Ketua Mahasaba I Keluarga Besar Sira Arya Kanuruhan, (Pura Pedarman, Besakih)
–   dll
Menikah       : 19 Januari 1978
Nama Istri    : Dra Wayan Karsini
Jumlah
Anak             : 3  Orang

Penghargaan      :
–   Mahasiswa Teladan Tingkat Universitas, th. 1975
–   Dosen Teladan Tingkat Unud (1989)
–   Prestasi Gemilang: Fak. Pasca sarjana IPB (1991)
–   Lulus terbaik (sepuluh besar) Penataran P4 (1989)
–  Pemenang   Enterprise   l    semangat    wirausaha Indonesia di bidang Jaringan Usaha Terbaik Th 2002

The Best Executive
2003 – 2004
–   Eksekutif Berprestasi 2003 – 2004 dari Forwija
Award

–   Peneliti terbaik 2004 dari Dikti Djakarta
–   Tokoh Pria Terpopuler (2004)

Penerbitan Buku         :
ane.  Sejarah Keluarga Tangkas Kori Agung tulus Dadi di Br. Jangu dan Alas Tunggal, Desa Duda, Kec. Selat. Kabupaten Karangasem.
two.   Buku Ajar; Penyuluhan Peternakan Buku Ajar Perencanaan Program & Evaluasi Penyuluhan
3.   Metode Penelitian Sosial dan Penyuluhan
four.   Strategi Pembangunan Ekonomi Bali
five.   Membentuk Perilaku Manusia Pembangunan
half dozen.   Pedoman Praktis Pembelajaran
seven.   Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis
8.   Strategi Membangun Karangasem
9.   Revitalisasi Pertanian Menuju Swasembada Beras.
10.  Memantapkan Strategi Pengelolaan Pertanian.
11.  Buku Ajar; Agribisnis Peternakan.
12.  Buku Ajar; Agribisnis Peternakan  dan Kewirausahaan.
xiii.  Buku Ajar; Manajemen Bisnis Kecil dan Kewirausahaan.
14.   dll

Hobby              : Membaca, Olah raga, Berternak Warna Favorit : Biru dan Coklat
Lagu Kenangan  : Teluk Bayur, Terang Bulan di Gunung

Semboyan         : Bekerja keras dilandasi
dharma
untuk mencapai Keberhasilan. “Dharma
– Kerja –  Berhasil”.

Pesan               : Lestarikan Bali dan sejahterakan masyarakat Bali melalui perpaduan berimbang antar sektor pariwisata dan sektor pertanian serta sektor industri sebagai sektor di antara kedua sektor itu.

Dr I Nyoman Ehrich Lister Membangun Rumah Sakit

Source: http://mostinspiring.co.id/?p=92

You May Also Like