3 Pondasi Dalam Membangun Rumah Tangga

3 Pondasi Dalam Membangun Rumah Tangga



Banyak sekali hal-hal yang dengannya dapat dibangun keluarga yang damai, meneguhkan hubungan suami istri, menjauhkan rumah tangga dari hal-hal yang dapat menimbulkan perceraian, badai perpecahan dan terputusnya hubungan.

Beriman kepada Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya

Hal yang pertama dan paling penting dalam membangun rumah tangga yang selamat adalah berpegang teguh pada tali iman yang kuat; beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, takut melakukan kemaksiatan, taqwa kepada Allah SWT serta muroqobah, menjauhkan diri dari kedholiman serta tidak terburu-buru dari mencari kebenaran.

ذَٰلِكُمْ يُوعَظُ بِهِۦ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Demikianlah pelajaran bagi orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah SWT melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah SWT telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath Thalaq: 2-three)

Perkara-perkara yang dapat menguatkan iman adalah bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan dan menunaikan ibadah, bersemangat ketika melaksanakan hal tersebut, dan saling berwasiat dalam menunaikannya di antara suami istri. Renungkanlah sabda Rasulullah SAW :

“Allah merahmati laki-laki yang bangun pada malam hari kemudian shalat dan membangunkan istrinya, kemudian istrinya juga shalat, maka jika istrinya enggan, ia memercikkan air ke wajahnya (yaitu memercikkan air dengan percikan yang lembut) dan Allah SWT juga merahmati wanita yang bangun pada malam hari kemudian shalat dan membangunkan suaminya, kemudian suaminya juga shalat, maka jika suaminya enggan, ia ia memercikkan air ke wajahnya.”

Sesungguhnya hubungan antara suami istri bukanlah hubungan yang hanya bersifat duniawi yang sesaat, tidak pula syahwat hewan, akan tetapi hubungan antara suami istri adalah hubungan ruh yang mulia. Ketika hubungan dan sifat hubungan tersebut benar (sesuai yang dikehendaki syari’at), maka hubungan keterikatan suami istri tersebut akan terus berlanjut hingga kehidupan akhirat, setelah kematian.

Read:  Anggaran Bangun Rumah Tipe 36

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ

“yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” (Ar Ra’d: 23)

Bergaul dengan cara yang baik

Di antara hal-hal yang dapat menjaga dan memelihara hubungan suami istri ini adalah “bergaul dengan cara yang baik”. Hal tersebut tidak dapat terwujud melainkan dengan mengetahui semua sisi, yang berguna dan berbahaya. Dan sesungguhnya menuntut kesempurnaan dalam rumah tangga dan semua anggota keluarga adalah hal yang sangat sulit. Dan harapan dalam kesempurnaan semua sifat pada mereka atau selain mereka adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan tangan secara manusiawi.

Peran suami dalam menjaga kehidupan rumah tangga suami istri dan bergaul dengan cara yang baik. Termasuk kecenderungan akal dan kematangan berfikit adalah membiasakan diri untuk dapat menerima kekurangan dan menahan diri menghadapi kesulitan hidup. Sementara itu, laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga dituntut untuk lebih bersabar dari pada wanita, karena sungguh telah diketahui, bahwa wanita itu lemah fisik dan akhlaqnya, dan berlebihan dalam meluruskannya bisa mematahkannya dan mematahkannya adalah mencerainya. Al-Mushthafa yang tidak berbicara dari hawa nafsunya bersabda:

“Berilah nasihat kepada wanita dengan cara yang baik karena sesungguhnya ia diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka nasehatilah wanita dengan cara baik.”

Yang bengkok pada wanita adalah dari segi penciptaannya, maka harus bersikap lemah lembut dan sabar dalam menghadapinya. Maka hendaknya para lelaki tidak membiarkan dirinya larut dalam perasaan tertekan dari keluarganya, dan hendaklah ia tidak memperhatikan kekurangan mereka, dan hendaklah ia mengingat sisi kebaikan mereka, sungguh ia pasti menemukan banyak kebaikan dalam hal itu. Dan yang semisal dengan perkataan ini adalah sabda RasuluLlah SAW;

Read:  Wbs Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Keluarga

“Janganlah seorang mu’min membenci mu’minah (yaitu merasa marah dan benci) karena jika ia membenci satu perilaku maka ia akan ridha dengan perilaku yang lain.”

Hendaklah para lelaki sangat berhati-hati dalam hal ini, maka jika ia melihat sesuatu yang tidak disukai, maka ia tidak mengetahui dari mana sebab-sebab kebaikan dan sumber-sumber kebajikan.

Allah SWT berfirman yang artinya kurang lebih;


“…dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah SWT menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An Nisa: 19)

Bagaimana mungkin akan terwujud ketenangan? Dimanakah ketenangan dan kasih sayang? Jika pemimpin rumah tangga memiliki sifat yang keras, berakhlaq buruk terhadap keluarga, memiliki wawasan yang sempit, bodoh, terburu-buru, sulit memaafkan, pemarah, jika bertemu selalu mengungkit-ungkit, jika berpisah selalu berburuk sangka. Telah diketahui, bahwa berakhlaq yang baik terhadap keluarga dan sebab-sebab yang mengantarkan kepada kebahagiaan keluarga tidak akan terwujud melainkan dengan kelembutan, menjauhkan diri dari prasangka-prasangka dan keraguan tanpa dasar. Adakalanya rasa cemburu menjerumuskan seseorang kepada prasangka buruk, mendorongnya menta’wilkan ucapan dan keraguan dalam perilaku yang menyebabkan kesusahan hidup tanpa alasan yang jelas.

Adapun kaum wanita muslimah, hendaklah ia mengetahui bahwa kebahagian, kasih sayang, dan rahmah tidak akan sempurna melainkan dengan menjaga kesucian dan agama, mengetahui batasan-batasan dan tidak melampaui batasan-batasan tersebut, menunaikan kewajiban terhadap suami yang merupakan pemimpin baginya, yang menjaganya, memberi nafkah kepadanya, maka seorang istri harus mentaati suaminya, menjaga diri dan harta suaminya, menguatkan amal, menunaikan tugasnya serta berhati-hati dalam menjaga diri dan keluarganya, niscaya ia akan menjadi seorang istri yang shalihah dan ibu yang penuh kasih sayang, istri yang memimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, mensyukuri kebaikan yang diberikan suaminya dan tidak mengingkari kebikan-kebaikan yang diperbuat suaminya. Nabi memperingatkan umatnya dari mengingkari kebaikan suami, Beliau bersabda;

Read:  Konstruksi Baja Bangunan Rumah 2 Lantai

“Aku telah melihat neraka, ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita, mereka kufur.’ Rasulullah SAW ditanya, apakah mereka kufur kepada Allah?. Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak, mereka kufur terhadap kebaikan suaminya, jika engkau selalu berbuat baik kepada mereka kemudian suatu ketika mereka melihat dari kalian sesuatu yang tidak mereka sukai maka mereka berkata: Aku tidak melihat sedikitpun kebaikan darimu.

Maka hendaknya seorang istri tidak mempermasalahkan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya pada diri suaminya. Dan tidak berakhlaq buruk terhadap suami ketika ia ada dan tidak berkhianat ketika ia tidak ada. Dengan demikian akan tercapai keridhaan, langgeng rumah tangga dan menjadi mulia rasa kasih sayang dan rahmah.



3 Pondasi Dalam Membangun Rumah Tangga

Source: https://www.sekolahakhirat.com/pondasi-dalam-membangun-rumah-tangga-dalam-islam/

You May Also Like